The Fed Naikkan Suku Bunga 75 Basis Poin, Ini Kata Bos BCA (BBCA)

Bisnis.com,28 Jul 2022, 19:49 WIB
Penulis: Leo Dwi Jatmiko
Nasabah melakukan transaksi di salah satu Kantor Cabang Bank BCA di Jakarta, Rabu (23/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) masih menunggu dan memantau kebijakan yang akan diambil oleh Bank Indonesia terkait dengan suku bunga acuan.

Sebelumnya, Bank Sentral Amerika Serika Federal Reserve resmi menaikkan suku bunga sebesar 75 persen basis poin untuk dua bulan berturut-turut, yang berpotensi berdampak pada suku bunga acuan di dalam negeri pada bulan-bulan berikut.

Direktur BCA John Kosashi mengatakan saat ini Bank Indonesia belum menaikkan suku bunga acuan. Dia menduga hal tersebut disebabkan kondisi likuiditas perbankan di Tanah Air masih sangat ample atau luas.

BCA pun menunggu dan memantau perkembangan situasi sebelum memutuskan untuk menaikkan suku bunga.

“Tetapi kami akan melihat dahulu kondisinya akan seperti apa,” kata John dalam acara Indonesian CEO Talk di Jakarta, Kamis (28/7/2022).

Sebelumnya, mengutip Bloomberg, Kamis (28/7/2022), The Fed menghadapi tekanan inflasi terpanas dalam 40 tahun, sehingga mengangkat suku bunga (Fed Funds Rate/FFR) pada Rabu (27/7/2022) menjadi pada kisaran 2,25 persen-2,5 persen.

Kenaikan terbaru ini membuat kenaikan kumulatif Juni-Juli menjadi 150 basis poin, atau kenaikan tertajam sejak era price-fighting saat The Fed dipimpin Paul Volcker pada awal 1980-an.

Berdasarkan keterangan resmi dari Washington, The Federal Open Market Committee (FOMC) berkomitmen kuat untuk mengembalikan inflasi ke 2 persen, mengulangi pernyataan sebelumnya bahwa "sangat memperhatikan risiko inflasi."

Sementara dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 Juli 2022 diputukan bahwa BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) tetap sebesar 3,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25 persen.

Keputusan ini konsisten dengan prakiraan inflasi inti yang masih terjaga di tengah risiko dampak perlambatan ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Bank Indonesia terus mewaspadai risiko kenaikan ekspektasi inflasi dan inflasi inti ke depan, serta memperkuat respons bauran kebijakan moneter yang diperlukan baik melalui stabilisasi nilai tukar rupiah, penguatan operasi moneter, dan suku bunga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini