Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) sepanjang semester I/2022 membukukan penyaluran kredit sebesar Rp620,42 triliun atau naik 8,9 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Segmen korporasi tercatat menjadi motor penggerak.
Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini menyampaikan pencairan kredit BNI per akhir kuartal II/2022 mencapai Rp74,3 triliun naik dibandingkan periode tahun lalu yang sebesar Rp 59,3 triliun. Pencairan kredit utamanya disalurkan kepada top tier debitur korporasi.
Dia menuturkan akselerasi penyaluran kredit ini menjadikan pembiayaan ke segmen korporasi swasta tumbuh 14,7 persen yoy menjadi Rp205,3 triliun, diikuti segmen large commercial yang tumbuh 31,2 persen yoy menjadi Rp48,5 triliun.
Sementara itu, segmen korporasi kecil tumbuh 10,2 persen yoy dengan nilai kredit sebesar Rp100,2 triliun. Secara keseluruhan kredit di sektor business banking tumbuh 7,7 persen secara tahunan menjadi Rp512,3 triliun.
“Sektor ekonomi yang dibidik di segmen business banking adalah sektor manufaktur, perdagangan, pertanian, transportasi dan pergudangan, serta telekomunikasi. BNI juga masuk pada sektor ekonomi hijau seperti energi baru dan terbarukan,” ujarnya dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Jumat (29/7/2022).
Dari sisi kredit konsumer, Novita mengatakan, BNI mampu mencetak kinerja positif di bisnis kredit payroll dengan pertumbuhan 19,6 persen yoy menjadi Rp 39,1 triliun dan kredit pemilikan rumah atau KPR meningkat 7,6 persen yoy menjadi Rp 51,2 triliun.
“Dengan brand consumer banking BNI yang semakin kuat, BNI mampu meningkatkan daya saing, sambil meluncurkan berbagai inovasi guna meningkatkan daya tarik produk konsumer dalam berkompetisi dengan peers,” sebutnya.
Dia menyatakan hawa tren kinerja ekonomi pada semester II/2022 diharapkan kembali membuat fungsi intermediasi dan kinerja perseroan semakin kuat. Menurutnya, dengan semakin kuatnya potensi pertumbuhan debitur pembiayaan hijau, BNI optimistis pertumbuhan kredit sampai dengan akhir tahun mencapai di kisaran 7–10 persen pada 2022.
“Tren pemulihan ekonomi yang terus berlanjut, dan transformasi yang kami lakukan sudah mulai menunjukkan hasil, maka kami pun berharap laba tahun ini mampu menembus rekor laba tertinggi sepanjang sejarah BNI,” pungkas Novita.
Novita juga meyakini ruang untuk ekspansi BNI masih sangat terbuka. Hal ini ditunjukkan dari loan to deposit ratio (LDR) yang berada pada posisi 90,1 persen. Di sisi permodalan, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) berada pada posisi 18,42 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel