Nasib Industri Tekstil: Ditinggal Buyer, Diimpit Harga Bahan Baku

Bisnis.com,31 Jul 2022, 17:50 WIB
Penulis: Rahmad Fauzan
Ilustrasi pekerja di industri TPT./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Tidak hanya dihantam masalah pengurangan jumlah order dari buyer, pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia juga harus berhadapan dengan persoalan harga bahan baku.

Ketua Umum Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan harga bahan baku kapas saat ini naik nyaris dua kali lipat dari posisi normal.

"Harga kapas naik dari posisi normal senilai ¢1,2 per kilogram menjadi ¢2,2 per kilogram," kata Redma kepada Bisnis, Minggu (31/7/2022).

Terakhir, sambungnya, harga bahan baku kapas berada di posisi normal pada kuartal III/2021. Harga kapas mulai naik pada kuartal IV/2021, dengan puncak kenaikan terjadi pada kurun kuartal keempat tahun lalu hingga kuartal pertama 2022.

Selain kapas, harga bahan baku lain, yakni poliester atau serat, juga terkerek akibat fluktuasi harga minyak bumi. Akibatnya, harga bahan baku serat naik dari US$600 per ton menjadi US$900 per ton.

Kondisi itu diperparah dengan berkurangnya jumlah permintaan buyer terhadap produk tekstil Indonesia akibat dampak dari ancaman resesi ekonomi Amerika Serikat (AS). Redma mengatakan pengurangan jumlah order tersebut mayoritas dari buyer di segmen garmen.

"Sudah ada sejumlah buyer yang mengonfirmasi pengurangan order. Mayoritas dari segmen garmen," kata Redma.

Dia menjelaskan para buyer yang mengurangi jumlah pemesanan produk tekstil tersebut sebagian besar berasal dari AS dan Eropa.

Dampak langsungnya terhadap industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional, kata Redma, nilai ekspor kemungkinan besar turun di kisaran 10 persen sampai dengan akhir tahun ini.

"Kecuali, ada perubahan situasi geopolitik global," sambungnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini