Bisnis.com, JAKARTA — Pendapatan emiten telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) diperkirakan mampu menembus Rp150 triliun sepanjang 2022.
Sebagaimana diketahui, emiten berkode saham TLKM ini mencetak pendapatan sebesar Rp71,98 triliun pada semester I/2022 naik 3,6 persen yoy dari Rp69,48 triliun, dengan laba bersih Rp13,31 triliun atau naik 6,89 persen yoy dari Rp12,45 triliun di semester I/2021.
Analis KB Valbury Sekuritas Devi Harjoto dalam risetnya menyebut, pihaknya memperkirakan Telkom akan mencetak pertumbuhan pendapatan 6 persen atau menjadi Rp151,5 triliun pada 2022. Pertumbuhan pendapatan ini menurutnya akan didukung oleh pendapatan data, internet, servis IT, dan Indihome.
"Kami mengantisipasi kompetisi di segmen mobile akan tetap ketat tahun ini, meskipun adanya konsolidasi teranyar dari ISAT-Hutch," tulis Devi dalam riset terbarunya, dikutip Minggu (31/7/2022).
Untuk menghadapi persaingan yang ketat di segmen mobile dan memperlambat penurunan legacy services, Telkomsel memilih untuk tetap relevan, dengan menyediakan penawaran personal ke pelanggannya.
Untuk layanan Indihome, KB Valbury Sekuritas memperkirakan adanya pertumbuhan pelanggan sebesar 10 persen, akibat membaiknya belanja konsumen dan tren berlanjutnya aktivitas jarak jauh.
"Lebih lanjut, TLKM berusaha untuk mencari sumber pertumbuhan baru melalui investasi di startup lokal, serta memanfaatkan pusat data dan cloud yang bernilai tinggi," kata Devi.
Secara khusus, lanjutnya, TLKM tengah dalam proses untuk mengkonsolidasikan entitas pusat datanya di bawah Telkom DC Co, yang dimulai dengan Hyperscale Data Center yang dijadwalkan untuk beroperasi dalam 2-3 tahun.
Devi juga menuturkan TLKM membuat kerja sama strategis dengan Microsoft yang akan menguatkan portofolio digital TLKM, dengan mengutilisasi Hyperscale Data Center yang menyasar klien B2B dan B2G.
KB Valbury Sekuritas pun merekomendasikan untuk buy saham TLKM, dengan target harga atau target price (TP) Rp4.850 per saham.
Devi menyebut, pihaknya optimistis dengan outlook TLKM karena TLKM menjadi pemimpin pasar di segmen mobile data dan fixed broadband, keuntungan di jaringan dan infrastruktur data, kolaborasi dengan startup dan raksasa digital lainnya, enterprise dan WIB segments, neraca yang solid, valuasi yang atraktif dibandingkan perusahaan sejenis, dan membaiknya belanja konsumen.
Meski demikian, Devi mencatat terdapat beberapa risiko terhadap rekomendasi sahamnya, yakni pasar yang kompetitif, belanja konsumen yang lebih rendah dari antisipasi karena katidakpastian akibat situasi Covid-19, kenaikan suku bunga, dan perubahan regulasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel