Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pembiayaan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF) mengaku belum akan merevisi target penyaluran pembiayaan ke arah pesimistis, kendati industri tengah menghadapi tantangan dari sisi keterbatasan stok kendaraan.
Direktur Utama Adira Finance I Dewa Made Susila mengungkap bahwa optimisme mencapai target tahunan tetap terjaga, seiring realisasi pembiayaan sepanjang semester I/2022 yang mampu menembus Rp14,3 triliun.
"Kami masih on track terkait dengan target pembiayaan baru Adira Finance sepanjang periode 2022 yang diharapkan dapat tumbuh menjadi sebesar Rp30-32 triliun, atau naik sebesar 15 - 25 persen dibandingkan pencapaian pada 2021," ujarnya ketika dikonfirmasi Bisnis, dikutip Senin (1/8/2022).
Sebagai gambaran, pembiayaan baru ADMF pada era normal alias periode 2019 sempat mencapai Rp37,9 triliun. Pandemi Covid-19 membuat pembiayaan terjun bebas menjadi Rp18,6 triliun saja, kemudian mulai pulih pada periode 2021 menjadi Rp25,9 triliun.
Adapun, sepanjang tahun berjalan, penyaluran pembiayaan baru tercatat tumbuh 21 persen (year-on-year/yoy) ketimbang periode sama tahun lalu. Lini bisnis terkait kendaraan roda empat berkontribusi 44 persen, disusul sepeda motor 38 persen, kemudian multiguna dan lain-lain 19 persen.
Made mengakui tren kinerja pembiayaan pada 2022 kemungkinan tak akan seperti tahun-tahun sebelumnya, di mana sepeda motor menjadi penyumbang terbesar. Pasalnya, industri sepeda motor begitu terdampak fenomena kelangkaan komponen semikonduktor, yang akhirnya menghambat produksi dan membawa tren keterbatasan stok kendaraan di pasaran.
"Ada kecenderungan penjualan roda dua [tahun ini] tumbuh lebih rendah, atau relatif flat, sama dengan tahun lalu. Tapi informasi dari beberapa APM [agen pemegang merek], mulai ada kepastian atau keyakinan meningkatkan produksi, sehingga ada peluang realisasi di [pembiayaan] otomotif akan cukup baik ke depan," tambahnya.
Oleh sebab itu, untuk mengatasi banyaknya tantangan di lini bisnis pembiayaan kendaraan konsumen, ADMF mengaku akan memperbesar lini bisnis penyaluran kredit modal usaha dan pembiayaan kendaraan komersial buat pelaku usaha.
"Perusahaan sudah masuk ke pembiayaan kendaraan dengan partai besar, baik itu terkait truk, pikap, dan sebagainya. Termasuk ekspansi perusahaan masuk ke pembiayaan alat berat, memanfaatkan jaringan induk Adira Finance, yaitu Bank Danamon dan MUFG yang punya banyak nasabah korporasi," jelasnya.
Sebagai gambaran, laba bersih ADMF pada semester I/2022 tercatat tumbuh sebesar 40 persen yoy menjadi Rp661 miliar ketimbang periode sama tahun sebelumnya senilai Rp473,4 miliar.
Kinerja laba-rugi tampak merupakan buah efisiensi beban dari Rp3,54 triliun per Juni 2021 menjadi Rp3,27 triliun per Juni 2022, karena total pendapatan turun tipis dari Rp4,16 triliun menjadi Rp4,12 triliun di semester I/2022.
Untuk mencapai efisiensi, ADMF tampak mampu menekan komponen beban bunga dan keuangan dari Rp601,7 miliar per Juni 2021 menjadi Rp369 miliar saja per Juni 2022.
Hal ini mencerminkan keberhasilan ADMF meraup sumber pendanaan dengan tingkat bunga murah-meriah, sehingga turut berbuah terhadap capaian rasio margin bunga bersih yang meningkat dari 12,3 persen menjadi 14,4 persen per Juni 2022.
Made menjelaskan lebih lanjut bahwa gearing ratio ADMF pun turun menjadi 1,2 kali dari sebelumnya 1,7 kali per Juni 2022, sehingga perusahaan masih memiliki ruang gerak yang cukup besar untuk melakukan ekspansi bisnis ke depannya lewat menggalang pendanaan baru.
"Margin keuntungan [NIM] kami bervariasi, tergantung dari jenis pembiayaan, produk yang dibiayai, serta tenor pembiayaan. NIM juga menyesuaikan dengan kondisi persaingan di pasar. Sebab, kami berusaha tetap memberikan penawaran bunga yang terbaik dan menarik buat konsumen," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel