Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan PT Federal International Finance (FIF Group) alias FIF mengakui penyaluran pembiayaan sepeda motor anyar tahun ini berpeluang stagnan, bahkan berpotensi lebih buruk ketimbang 2021.
Sekadar informasi, sebagai leasing anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) dengan lini bisnis utama di bidang pembiayaan sepeda motor Honda, FIF Group turut terdampak fenomena kelangkaan chip semikonduktor.
Direktur Marketing FIF Group Antony Sastro Jopoetro mengungkap bahwa krisis chip mulai membayangi bisnis pembiayaan sepeda motor secara signifikan sejak Mei 2022. Namun, periode ini justru berbarengan dengan permintaan konsumen yang sedang tinggi-tingginya.
"Stok sepeda motor terbatas, makanya mulai muncul fenomena inden berbulan-bulan. Ada kemungkinan penjualan motor kami stagnan ketimbang tahun lalu, bahkan dari sisi nominal pembiayaan berpotensi turun tipis, sekitar 2 persen [year-on-year/yoy]," ujarnya kepada Bisnis, dikutip Senin (1/8/2022).
Sebagai gambaran, tren ini pun tercermin dari data Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI) per Juni 2022, di mana penjualan motor domestik hanya 2,24 juta unit, turun tipis ketimbang capaian semester I/2021 yang mampu mencapai 2,45 juta unit.
FIF pun mengalami tren serupa, di mana dari total pembiayaan per Juni 2022 senilai Rp15,41 triliun yang tumbuh tipis 0,60 persen ketimbang tahun lalu, kontribusi dari lini bisnis motor baru atau FIFASTRA senilai Rp9,38 triliun justru tercatat anjlok 7,53 persen yoy.
Sebagai perbandingan, pembiayaan FIF sepanjang tahun lalu mencapai Rp31,83 triliun, naik 5,7 persen yoy ketimbang capaian periode 2020 senilai Rp30,11 triliun. FIFASTRA sepanjang 2020 berkontribusi hingga Rp19,28 triliun, sementara pada 2021 nilainya Rp21,2 triliun dari total penyaluran pembiayaan baru secara keseluruhan.
Jumlah unit sepeda motor baru yang dibiayai FIFASTRA sepanjang semester I/2022 sebanyak 549 ribu unit pun turun 4,81 persen yoy ketimbang 577 ribu unit pada semester I/2021. Adapun, sepanjang 2020, jumlah unit yang dibiayai produk FIFASTRA mencapai 1,08 juta, sementara sepanjang 2021 mencapai 1,22 juta.
"Keterbatasan stok motor sepanjang paruh awal 2022 ini sangat signifikan. Jumlah unit yang kami salurkan biasanya bisa 120.000 unit lebih per bulan, sekarang separuhnya saja sudah bagus. Sementara nominal pembiayaan biasanya di kisaran Rp2 triliun per bulan, sekarang masih di kisaran Rp1,5 triliun per bulan," tambahnya.
Terkhusus sepeda motor Honda, Anton menjelaskan bahwa keterbatasan stok segmen low-end, seperti Scoopy dan Beat, merupakan yang paling signifikan berdampak terhadap FIF. Sebab, pembiayaan tipe low-end merupakan penyumbang pembiayaan terbesar.
Oleh sebab itu, FIF Group pun menyiasati hal ini dengan memberikan penawaran kepada konsumen agar mempertimbangkan menambah uang muka (DP) sedikit lebih besar lagi, supaya bisa membawa pulang unit high-end yang ketersediaannya ada, seperti Vario atau PCX.
"Info dari pabrikan, produksi Beat dan Scoopy diharapkan bisa lebih banyak dalam waktu dekat, karena memang dua ini pendongkrak market share. Terkini, demi menyiasati kondisi keterbatasan stok Beat dan Scoopy, konsumen kami tawari tambah DP sedikit lagi, supaya langsung dapat Vario," jelas Anton.
Selain itu, FIF pun terus mengupayakan jurus-jurus lain, supaya fenomena keterbatasan stok sepeda motor baru tak lantas membuat kinerja total pembiayaan turut anjlok. Salah satunya, mengoptimalkan lini bisnis pembiayaan lain, seperti DANASTRA, SPEKTRA, AMITRA, dan FINATRA.
Sebagai gambaran, pembiayaan multiguna DANASTRA per Juni 2022 tercatat tumbuh 16,02 persen yoy menjadi Rp5,71 triliun. Sementara, pembiayaan multiproduk seperti elektronik, gadget, atau sepeda lewat SPEKTRA pun tumbuh 11,08 persen yoy menjadi Rp337,60 miliar.
Adapun, pembiayaan syariah AMITRA mulai terdongkrak karena pintu melaksanakan ibadah Haji maupun Umrah telah dibuka, sehingga pembiayaan mencapai Rp46,64 miliar pada semester I/2022, tumbuh 36,43 persen yoy.
Terakhir, produk baru di lini bisnis pembiayaan mikro FIF bertajuk FINATRA yang baru beroperasi sejak April 2022 pun mencatatkan penyaluran pembiayaan baru sebesar Rp22,14 miliar.
"Beruntung FIF punya back-up lini bisnis lain untuk mengimbangi penurunan di penjualan motor baru. Peluang besar ada di motor bekas dan multiguna. Selain itu, FINATRA juga potensial, karena penyaluran kredit mikro produktif kami itu yang ratusan juta, dan ada jaminannya. Kalau SPEKTRA, walaupun permintaan tinggi, tenornya pendek dan nominalnya kecil," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel