Susul The Fed, BI Diproyeksi Naikkan Suku Bunga Acuan 75 Bps?

Bisnis.com,01 Agt 2022, 19:12 WIB
Penulis: Maria Elena
Pedagang melayani pembeli di Pasar Karbela, Jakarta, Senin (9/5/2022). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada April 2022 sebesar 0,95 persen month on month (mom) atau secara tahunan sebesar 3,47 persen year on year (yoy) yang disebabkan kenaikan harga minyak goreng, daging ayam ras dan telur ayam ras. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Bisnis.com, JAKARTA — Pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini, Senin (1/8/2022) menyebutkan inflasi pada Juli 2022 sebesar 0,64 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) atau mencapai 4,94 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menyampaikan bahwa angka realisasi tersebut berada di atas kisaran target Bank Indonesia sebesar 2-4 persen. 

Pendorong utama inflasi pada Juli 2022 berasal dari kenaikan harga pada kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau yang naik 1,16 persen mtm dan memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,31 persen poin.

Komoditas pangan yang dominan memberikan andil inflasi yang dominan adalah cabai merah, bawang merah, cabai rawit, ikan segar dan rokok dengan filter dan cengkeh, serta cabai hijau, mie instan kering, rokok dengan filter dan tanpa cengkeh, tomat, dan air minum.

Sejalan dengan itu, inflasi pada komponen inti juga meningkat menjadi 2,86 persen yoy pada Juli 2022.

Faisal memperkirakan, laju inflasi akan meningkat secara substansial dan fundamental pada semester II/2022.

“Hal ini terutama disebabkan oleh membaiknya permintaan, menyusul pelonggaran PPKM yang telah meningkatkan mobilitas masyarakat dan perputaran uang. Dengan demikian, tren inflasi inti diperkirakan akan terus meningkat ke depan,” katanya, Senin (1/8/2022).

Di sisi lain, pemerintah telah memutuskan untuk menambah subsidi energi untuk menahan risiko inflasi dari inflasi komponen harga yang diatur pemerintah atau administered price.

Meski demikian, Faisal mengatakan inflasi pangan cenderung tetap tinggi di tengah isu ketahanan pangan global dan diperburuk oleh proteksionisme pangan oleh negara-negara pengekspor utama.

Dia menilai, kondisi ini dapat mendorong harga bahan pangan terus bergerak naik, sehingga meningkatkan risiko inflasi dari inflasi harga bergejolak.

Selain itu, dia menambahkan, Indeks Harga Produsen dan Indeks Harga Perdagangan Besar yang sudah berada di atas tingkat inflasi Indeks Harga Konsumen juga dapat memberikan risiko terjadinya inflasi dari sisi permintaan.

“Secara keseluruhan, kami memperkirakan tingkat inflasi akan mencapai di atas 4 persen pada akhir 2022, sekitar 4,60 persen. Oleh karena itu, kami masih mengharapkan BI menaikkan suku bunga acuan hingga 75 basis poin,” kata dia.

Inflasi

Kebijakan menaikkan suku bunga acuan untuk menahan inflasi sebelumnya sudah dilakukan oleh Bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) pada akhir Juli 2022 lalu. Kebijakan ini sendiri sudah diikuti oleh sejumlah bank sentral di berbagai belahan dunia.

The Fed sendiri menyebutkan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk dua bulan berturut-turut guna menahan lonjakan inflasi. Mengutip Bloomberg, Kamis (28/7/2022), The Fed menghadapi tekanan inflasi terpanas dalam 40 tahun, sehingga mengangkat suku bunga (Fed Funds Rate/FFR) pada Rabu (27/7/2022) menjadi pada kisaran 2,25 persen-2,5 persen.

Kenaikan terbaru ini membuat kenaikan kumulatif Juni-Juli menjadi 150 basis poin, atau kenaikan tertajam sejak era price-fighting saat The Fed dipimpin Paul Volcker pada awal 1980-an.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini