Penjualan Mobil Indonesia Tertinggi di Asean, tapi Tingkat Motorisasi Masih Rendah

Bisnis.com,02 Agt 2022, 19:26 WIB
Penulis: Jaffry Prabu Prakoso
Petugas mengecek kesiapan mobil baru di kawasan Tanjung Priok Car Terminal, Jakarta./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Meskipun volume penjualan mobil di Indonesia merupakan tertinggi di Asean, tingkat motorisasi masih rendah dibandingkan dengan negara lain, terutama Malaysia dan Thailand. Alhasil, potensi pertumbuhan ke depan masih sangat besar, belum lagi pasar yang juga belum merata.

Head of Center of Industry, Trade, and Investment Indef Andry Satrio Nugroho mengatakan bahwa hal tersebut bisa terlihat dari kepadatan mobil di setiap negara. Jika dibandingkan dengan 

Terlebih lagi, Andry menjelaskan bahwa Indonesia cukup besar. Akan tetapi konsumen dan pasar kendaraan roda empat belum merata.

“Artinya, wilayah Jabodetabek dan Jawa jadi pasar yang cukup besar untuk industri otomotif Indonesia jika dibandingkan dengan luar Jawa,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (2/8/2022).

Berdasarkan data OICA, tingkat motorisasi atau rasio per unit mobil terhadap 1.000 penduduk, Indonesia masih kalah jauh dibandingkan Malaysia dan Thailand. Hingga 2015, tingkat motorisasi Indonesia sekitar 87 per 1.000 orang, sedangkan Malaysia telah mencapai 439 dan Thailand sebesar 228. 

Sementara itu, berdasarkan data Asean Automotive Federation, sepanjang paruh pertama 2022 penjualan kendaraan roda empat di Tanah Air sebanyak 475.321 unit. Angka tersebut sedikit lebih tinggi dari Thailand yaitu 457.622 kendaraan.

Penjualan kendaraan roda empat paling banyak selanjutnya adalah di Malaysia yang laku 331.386 unit. Lalu, Vietnam (201.840 unit), Filipina (154.874 unit), Singapura (21.965 unit), dan Myanmar (5.848 unit).

Di saat yang sama, Andry melihat industri otomotif masih memiliki berbagai tantangan. Yang utama adalah kelangkaan semikonduktor. Hal tersebut dialami pula oleh negara lain, termasuk di Asean.

Lalu, nilai tukar rupiah yang melemah. Sebenarnya, tambah Andry, hal tersebut bisa menjadi peluang untuk meningkatkan ekspor meski barang impor untuk produksi mobil bisa terjadi penyesuaian.

“Jadi, saya rasa ke depannya beberapa hal tersebut perlu kita antisipasi. Ini yang menjadi tantangan selain kelangkaan mikrocip yang tengah kita hadapi,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Jaffry Prabu Prakoso
Terkini