Alat Berat Jadi Sumber Cuan Andalan Leasing 2022, Ini Alasannya

Bisnis.com,02 Agt 2022, 18:29 WIB
Penulis: Aziz Rahardyan
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno (kanan) didampingi Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Maria Y. Benyamin memberikan pemaparan dalam webinar Mid Year Economic Outlook 2022: Prospek Pemulihan Ekonomi Indonesia di Tengah Perubahanan Geopolitik Pascapandemi di Jakarta, Selasa (2/8/2022).

Bisnis.com, JAKARTA - Permintaan pembiayaan alat berat bakal secara signifikan menjadi penopang kinerja keuangan para pemain industri pembiayaan sepanjang periode 2022.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menjelaskan ekspektasi ini seiring dengan kondisi permintaan alat berat di pasaran sepanjang tahun lalu, dan masih berlanjut sepanjang tahun berjalan.

Sebagai gambaran, berdasarkan data Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI), penjualan alat berat sepanjang 2021 naik 110 persen (year-on-year/yoy) menjadi 14.560 unit, ketimbang periode 2020 yang hanya 7.100 unit. Tahun ini, proyeksi penjualan proyeksinya menyentuh 18.000 unit.

"Tapi yang terjadi, di kuartal I/2022 lalu saja [realisasi penjualan] sudah sampai 6.400 unit. Artinya, potensinya bisa 22.000 - 24.000 unit. Ini tentu menjadi peluang bagi perusahaan pembiayaan memperbesar bisnis lewat melayani kebutuhan para pelaku industri sektor tambang, agrikultur, konstruksi, dan perkebunan," ujarnya dalam diskusi virtual Bisnis Indonesia Mid-Year Economic Outlook 2022, Selasa (2/8/2022).

Tren ini turut tergambar berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Mei 2022, di mana piutang pembiayaan bruto khusus alat berat tumbuh 12,9 persen (year-to-date/ytd) mencapai Rp32,6 triliun dan terus mengalami kenaikan setiap bulan.

Alat berat juga tercatat sebagai kontributor terbesar terhadap jenis piutang pembiayaan investasi, sehingga jumlah piutang neto pembiayaan investasi saat ini tembus Rp126,9 triliun dan tercatat tumbuh 11 persen ytd ketimbang akhir tahun lalu.

Suwandi menjelaskan bahwa secara umum, dari total piutang pembiayaan industri pembiayaan, sekitar 60 persen memang masih terkait otomotif atau produk beragun kendaraan. Namun, alat berat juga merupakan penopang utama industri, karena menjadi penyumbang terbesar ke-2 dengan kontribusi sekitar 33 persen dari total piutang pembiayaan.

"Bahkan, saat ini penyaluran untuk sektor produktif, seperti kredit investasi dan kredit modal kerja, merupakan pendorong pertumbuhan total piutang pembiayaan industri, karena piutang sektor multiguna masih terkoreksi. Penyebabnya karena harga komoditas sumber daya alam kita mengalami kenaikan di tengah pandemi lalu," tambahnya.

Terkini, tantangan yang berpotensi menjadi penghambat penyaluran pembiayaan alat berat secara signifikan hanya berasal dari keterbatasan pasokan unit baru, terutama akibat fenomena kelangkaan komponen chip semikonduktor.

"Sekarang yang mau pesan alat berat itu barangnya tidak ada. Jadi sekarang buat pemain pembiayaan yang bisa tarik banyak unit, tidak ada ruginya jual alat berat. Karena memang alat berat sedang ditunggu-tunggu, bahkan yang bekas sekalipun," tutupnya.

Pada akhirnya, Suwandi melihat bahwa moncernya permintaan pembiayaan dari sektor produktif, telah turut memperbaiki kinerja laba-rugi para pemain industri pembiayaan.

"Per April 2022 saja, laba seluruh pemain dalam industri sudah mencapai Rp5,3 triliun, sehingga sampai akhir tahun potensinya bisa melebihi Rp16 triliun atau sudah kembali seperti periode normal sebelum pandemi Covid-19," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini