Wamenkeu Sebut Indonesia Harus Siap-siap di 2023, Kenapa?

Bisnis.com,02 Agt 2022, 15:14 WIB
Penulis: Ni Luh Anggela
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara memberikan pemaparan dalam webinar Mid Year Economic Outlook 2022: Prospek Pemulihan Ekonomi Indonesia di Tengah Perubahanan Geopolitik Pascapandemi di Jakarta, Selasa (2/8/2022). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyampaikan Indonesia perlu bersiap-siap pada 2023 mendatang. Pasalnya, kondisi ekonomi global yang masih dipenuhi dengan ketidakpastian.

Suahasil mengatakan realisasi APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) semester I/2022 mencatatkan surplus lantaran pendapatan negara tumbuh signifikan dibanding belanja negara.

"Surplusnya dimana? Surplusnya ada di sisa perhitungan anggaran lebih. Sisa lebih ini dalam bentuk cash akan dijaga pemerintah," kata Suahasil dalam webinar Mid Year Economic Outlook 2022: Prospek Pemulihan Ekonomi Indonesia di Tengah Perubahanan Geopolitik Pascapandemi di Jakarta, Selasa (2/8/2022)

Sisa anggaran lebih ini, lanjut dia, tak hanya untuk menjaga anggaran hingga akhir 2022. Namun, pemerintah juga perlu mempersiapkan anggaran untuk tahun depan, dimana kondisi ekonomi masih diliputi ketidakpastian global.

Dia juga mengatakan Indonesia tetap waspada lantaran bank sentral di negara-negara Eropa dan Amerika yang masih akan meningkatkan suku bunga acuan.

"Jika suku bunga masih meningkat di AS ataupun di belahan dunia Eropa, turbulensi ke negara-negara emerging market masih akan terjadi," imbuhnya. 

Dia khawatir beban bunga Indonesia melonjak terlalu tinggi bila suku bunga di negara-negara maju, antara lain AS dan Eropa meningkat. Seperti diketahui, 

Bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve resmi menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk dua bulan berturut-turut. Suku bunga The Fed (FFR) resmi naik menjadi pada kisaran 2,25 persen-2,5 persen. Keputusan tersebut memberikan pengetatan paling agresif dalam lebih dari satu generasi untuk mengekang lonjakan inflasi.

Mengutip Bloomberg, Kamis (28/7/2022), The Fed menghadapi tekanan inflasi terpanas dalam 40 tahun, sehingga mengangkat suku bunga Fed Fund Rate (FFR) pada Rabu (27/7/2022) menjadi pada kisaran 2,25 persen-2,5 persen.

"Ini harus kita jaga dengan baik sehingga APBN tetap sehat, konsolidasi fiskal tetap terjaga, karena itu juga defisitnya harus kita turunkan ke bawah 3 persen dari PDB," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini