Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mengungkapkan bahwa strategi pemasaran perbankan saat ini masih perlu mempertahankan gaya konvensional di tengah tren digitalisasi yang terjadi.
Menurut Jahja, marketing gaya lama harus dipertahankan oleh perbankan konvensional guna melayani nasabah senior. Hal itu perlu dilakukan agar kebutuhan semua nasabah dapat terlayani.
“Kita tidak bisa memaksakan seluruh nasabah harus melihat TikTok dan Instagram. Pasti ada [yang melihat] tetapi apakah bisa dipaksakan seluruh nasabah melihat itu?” ujar Jahja dalam salah satu webinar baru-baru ini.
Jahja mengakui dengan mempertahankan gaya pemasaran itu, ada inefisiensi atau pemborosan yang mesti dihadapi perbankan. Namun, hal tersebut menjadi salah satu cara bank untuk memastikan bahwa layanannya merangkul seluruh nasabah.
Oleh sebab itu, dia menyatakan strategi pemasaran perbankan baik secara digital maupun konvensional harus berjalan secara beriringan. “Kebutuhan nasabah menjadi prioritas dibandingkan kebutuhan perusahaan Anda,” tutur Jahja.
Di sisi lain, Jahja sempat menyampaikan bahwa layanan produk perbankan memerlukan pendekatan yang berbeda terhadap seluruh nasabahnya.
Menurutnya, tidak semua nasabah dapat menerima produk perbankan berbasis digital, terkecuali bank yang memang memiliki basis nasabah milenial. Namun, bagi bank dengan nasabah beragam usia, perusahaan harus berkeringat menyesuaikan layanannya.
Nasabah di perbankan, lanjut Jahja, biasanya memiliki rentang usia dari 18 tahun hingga 90 tahun. Berlandaskan kondisi tersebut, bank selayaknya terus adaptif menyesuaikan strategi guna melayani kebutuhan finansial para nasabahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel