Batavia Prosperindo Finance Tbk. (BPFI)
Leasing yang tengah berproses untuk berganti pemegang saham pengendali dari PT Batavia Prosperindo Internasional Tbk. (BPII) menjadi Woori Card ini tercatat total aset yang stagnan di Rp1,29 triliun per Juni 2022, bahkan turun tipis sekitar Rp1,2 miliar ketimbang akhir tahun lalu.
Direktur Keuangan BPFI Indah Mulyawan menjelaskan bahwa kinerja aset yang belum kembali ke era normal di kisaran Rp1,8 triliun merupakan akibat strategi menahan pendanaan baru sebagai modal menyalurkan pembiayaan di era pandemi.
Namun, strategi ini nyatanya mampu menekan beban bunga leasing yang fokus pada produk pembiayaan mobil bekas ini, sehingga laba bersih per Juni 2022 bisa terkerek menjadi Rp26,71 miliar atau tumbuh 70 persen yoy ketimbang capaian Juni 2021 senilai Rp15,69 miliar.
"Profit kami sampai Juni 2022 itu kita melebihi target minimal sebesar Rp24,1 miliar, atau terealisasi 110,44 persen. Jadi untuk profit tahunan pun kita optimistis mencapai target Rp48,4 miliar," jelas Indah dalam paparan publik beberapa waktu lalu.
Adapun, kinerja laba bersih tengah tahunan BPFI periode ini tercatat belum menyamai periode yang sama tahun 2019 senilai Rp39,86 miliar, namun telah melampaui kinerja laba semester I/2020 senilai Rp22,36 miliar.
Clipan Finance Indonesia Tbk. (CFIN)
Anak usaha PT Bank Pan Indonesia Tbk. (PNBN) atau PaninBank ini menjadi contoh leasing yang tengah mengompensasi kinerja labanya agar lebih agresif menyalurkan pembiayaan konsumen baru.
Perusahaan leasing yang sebagian sahamnya dimiliki oleh investor kawakan Lo Kheng Hong (5,16 persen) dan PT Bank Pan Indonesia Tbk. (Bank Panin/ PNBN) dengan kepemilikan 51,49 persen mencatatkan laba anjlok 88,91 persen atau dari Rp90,21 miliar menjadi Rp10 miliar per 30 Juni 2022. Terutama akibat penurunan pada beberapa pos pendapatan, seperti pendapatan bunga dan anjak piutang.
Saat yang sama total aset yang stagnan di kisaran Rp7,1 triliun, komponen piutang pembiayaan konsumen neto masih tumbuh 3,8 persen ytd menjadi Rp5,87 triliun, mengimbangi komponen piutang sewa pembiayaan, anjak piutang, dan piutang lain-lain yang sedang turun.
Sebagai gambaran, pada tengah tahun periode 2019 laba leasing yang mengakomodasi pembiayaan mobil baru dan bekas, alat berat, dan dana multiguna ini mencapai Rp161,6 miliar, sementara pada semester I/2020 pun masih mampu mencapai Rp102,7 miliar.
"Ini karena kami tambah pencadangan jadi makin besar. Tapi dengan outstanding yang berhasil makin bagus, kami yakin laba di akhir 2022 ini bisa lebih baik ketimbang periode lalu," ujarnya Direktur Utama CFIN Harjanto Tjitohardjojo ketika dikonfirmasi Bisnis.
Fuji Finance Indonesia Tbk. (FUJI)
Fuji Finance yang masih belum berekspansi semester I/2022 sehingga total aset bisa tumbuh menjadi Rp159,8 miliar dari Rp153,7 miliar pada akhir 2021.
Hal ini tampak dari pos kas dan setara kas yang naik, tapi pembiayaan konsumen yang turun. Selain itu, FUJI juga belum menambah pendanaan, bahkan masih belum memiliki outstanding pembiayaan modal usaha yang sebelumnya menjadi lini bisnis utama.
Namun, pembiayaan konsumen nyatanya mampu mengerek total pendapatan dan membuat total beban stabil, terutama karena berkurangnya pos beban kerugian penurunan nilai.
Laba bersih FUJI per Juni 2022 pun mencapai Rp6,87 miliar, telah lebih baik ketimbang semester I/2019 senilai Rp2,87 miliar, semester I/2020 senilai Rp3,22 miliar, dan semester I/2021 senilai Rp6,61 miliar.
Direktur Utama Fuji Finance Anita Marta sempat mengungkap bahwa pihaknya berencana kembali mengambil momentum maraknya permintaan pembiayaan tenor pendek dari para pelaku usaha, terutama untuk memperlancar arus kas bisnisnya di masa pemulihan.
"Kami berencana memanfaatkan peluang besarnya kebutuhan dana korporasi di era normal baru, di mana salah satunya lewat melakukan bridging financing untuk kebutuhan modal kerja," ujar Anita dalam paparan publik beberapa waktu lalu.
Radana Bhaskara Finance Tbk. (HDFA)
Radana Finance membukukan rugi bersih selama tiga tahun berturut-turut sebelum periode 2021, sehingga periode ini merupakan waktunya mempertahankan kinerja.
Aset leasing bagian Grup Trakindo ini tumbuh 4,7 persen ytd menjadi Rp1,34 triliun dari Rp1,27 triliun pada tutup buku 2021. Komponen piutang pembiayaan bersih pun tumbuh 7 persen ytd menjadi Rp1,04 triliun.
Terkini, laba bersih HDFA tumbuh 22 persen yoy menjadi Rp18,13 miliar per Juni 2022 dari Rp14,79 miliar per Juni 2021. Terutama disebabkan pos pendapatan pembiayaan konsumen yang tumbuh 80 persen yoy menjadi Rp83 miliar, membawa total pendapatan tumbuh 45 persen yoy menjadi Rp93,4 miliar.
Direktur Keuangan Radana Finance Rizalsyah Riezky mengungkap bahwa tahun ini pihaknya masih akan fokus pada produk pembiayaan factoring dan pembiayaan investasi, terutama terkait alat berat dan truk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel