China Setop Pembicaraan Militer dengan AS, Dampak Kunjungan Pelosi ke Taiwan

Bisnis.com,08 Agt 2022, 11:57 WIB
Penulis: John Andhi Oktaveri
China setop bahas soal militer dengan AS setelah kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan. Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengunjungi parlemen di Taipei, Taiwan (3/8/2022)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pertahanan China menghentikan pembicaraan militer dengan Amerika Serikat sebagai protes terhadap kunjungan Ketua DPR Nancy Pelosi ke Taiwan pada pekan lalu. China juga memperingatkan bahwa Washington harus menanggung konsekuensi serius akibat kunjungan itu. 

Kunjungan Pelosi pekan lalu membuat marah China yang menganggap pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu sebagai miliknya. China membalasnya dengan menggelar latihan militer yang disertai uji coba rudal balistik di atas wilayah Taiwan untuk pertama kalinya selain menghindari jalur dialog dengan Washington.

"Situasi tegang saat ini di Selat Taiwan sepenuhnya diprovokasi dan diciptakan oleh pihak AS atas inisiatifnya sendiri. Karena itu pihak AS harus memikul tanggung jawab penuh dan konsekuensi serius untuk ini," kata juru bicara kementerian pertahanan Wu Qian seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Senin (8/8/2022).

Empat hari latihan yang belum pernah terjadi sebelumnya dijadwalkan berakhir pada hari Minggu. Namun otoritas China belum secara resmi mengonfirmasi bahwa latihan militer itu telah berakhir.

Para analis keamanan mengaku khawatir terkait situasi di Selat Taiwan, khususnya di dekat penyangga garis median tidak resmi.

Sekitar 10 kapal perang masing-masing dari China dan Taiwan bermanuver dalam jarak dekat di sekitar perbatasan pada hari Minggu, menurut seseorang yang mengetahui situasi yang terlibat dengan perencanaan keamanan.

Kementerian pertahanan pulau itu mengatakan kapal militer China, pesawat terbang, dan pesawat tak berawak telah mensimulasikan serangan di pulau itu. Bahkan China dilaporkan telah mengirim pesawat dan kapal untuk bereaksi dengan tepat jika dibutuhkan.

Sementara itu, China dilaporkan dapat mengambil alih Taiwan dalam serangan kilat selamat 48 jam sebelum para sekutu negara tersebut dapat memberikan respons.

Sumber-sumber diplomatik mengatakan kepada Telegraph bahwa Beijing dapat meluncurkan serangan secepat kilat terhadap pulau itu. China diyakini telah belajar dari operasi militer khusus Rusia di Ukraina bahwa Barat membutuhkan waktu sedikitnya 2 hari untuk merespons.

Kepala Eksekutif Hong Kong Watch dan Co-Founder Benedict Rogers bersikeras bahwa Barat harus mengambil tindakan untuk mencegah China mengambil tindakan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianus Doni Tolok
Terkini