Bahan Baku Rayon Jadi Tren, Ini Kendala Bagi Industri Tekstil

Bisnis.com,10 Agt 2022, 22:04 WIB
Penulis: Rahmad Fauzan
Pabrik serat rayon. Produksi serat rayon Indonesia pada 2019 menembus level 700.00 ton, tapi konsumsi rayon baru mencapai 419.784 atau 25 persen dari total konsumsi serat 2019. /Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Kendati tren penggunaan bahan baku rayon di industri tekstil kian masif, tetapi tidak semua pelaku industri yang dianggap mampu mengikuti arus perubahan tersebut.

Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, pelaku industri tekstil kelas menengah akan kesulitan mengalihkan penggunaan bahan baku baik dari kapas maupun polyester ke rayon.

"Sebab, bahan baku rayon dan proses produksi yang ramah lingkungan dinilai relatif lebih mahal sehingga bisa menaikkan ongkos produksi perusahaan," kata Bhima, Rabu (10/8/2022).

Di pasaran, perbedaan harga antara polyester dan rayon berada di kisaran Rp1.000 per meter. Namun, perbedaan yang paling memengaruhi kedua segmen pelaku industri tekstil adalah investasi untuk infrastruktur.

Menurut Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), pergeseran dari penggunaan bahan baku kapas ke rayon dalam 10 tahun terakhir tidak sebanyak polyester.

Dalam kurun satu dekade terakhir, penggunaan bahan baku rayon hanya bertambah 5 persen dari 15 persen menjadi 20 persen dalam industri tekstil dalam negeri.

Sementara itu, penggunaan polyester naik 20 persen menjadi 55 persen dari total penggunaan bahan baku tekstil di Tanah Air. Kedua bahan baku tersebut kelimpahan tren pengurangan penggunaan kapas.

Adapun, pergeseran dari kapas ke polyester dan rayon disebabkan 2 hal. Pertama, konsumsi air dalam proses produksi yang menggunakan kapas lebih banyak dibandingkan bahan baku lain.

Kedua, bahan baku kapas hanya bisa diproduksi menjadi pakaian. Sementara itu, bahan baku lain bisa diproduksi menjadi produk yang lebih variatif, termasuk untuk kebutuhan rumah tangga, komponen otomotif, sepatu, dan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini