Bisnis.com, JAKARTA — Jumlah pinjaman atau kredit yang disalurkan oleh PT Bank Jago Tbk. (ARTO) pada semester I/2022 lebih tinggi dibandingkan dengan simpanan yang dimiliki.
Merujuk pada laporan keuangan, rasio simpanan terhadap kredit atau (loan to deposit ratio LDR) bank digital tersebut pada kuartal II/2022 berada pada level 118,98 persen. Jumlah tersebut menurun dibandingkan dengan Desember 2021 yang saat itu level LDR berada di posisi 146,02 persen dan Juni 2021 yang sebesar 124 persen.
Pada semester I/2022, secara konsolidasi Bank Jago diketahui telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp7,25 triliun. Sementara itu dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun pada periode tersebut sebesar Rp6,09 triliun.
Adapun jika dibandingkan dengan bank digital lainnya, Bank Jago menjadi yang tertinggi. Sebagai gambaran, per Juni 2022 LDR PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) berada di level 66,64 persen, LDR PT Bank Digital BCA mencapai 41,52 persen, dan PT Bank Seabank Indonesia mencapai 88,42 persen.
Mengenai tingginya LDR dan proyeksi Bank Jago ke depan, Presiden Direktur Bank Jago Kharim Siregar mengatakan perusahaan memiliki modal yang cukup bagus. Rasio kewajiban penyediaan modal minimum Bank Jago berada pada level 109,8 persen per Juni 2022.
Tingginya angka penyaluran kredit, turut ditopang dari permodalan yang dimiliki perusahaan, tidak hanya berasal dari DPK.
“Jadi, kami tidak perlu selalu mencari dana pihak ketiga (DPK), sehingga kami bisa memanfaatkan sebanyak-banyaknya modal kita,” kata Kharim di Jakarta, Selasa (9/8/2022).
Kharim juga mengatakan penyaluran kredit dengan memanfaatkan modal yang dimiliki telah membuat bisnis Bank Jago makin berkembang. Pada Juni 2022 perusahaan telah berbalik untung Rp29 miliar, dari posisi rugi berjalan sebesar Rp46,78 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Perusahaan terus berupaya menambah DPK agar rasio LDR ke depan dapat makin rendah. Salah satu cara yang ditempuh oleh Bank Jago dengan menggandeng GoTo Financial.
Kerja sama dengan GoTo Financial, membuat sebanyak 15,1 juta mitra usaha yang tergabung dalam ekosistem grup GoTo, berpotensi menerima layanan finansial dari Bank Jago seperti membuka akun, menabung hingga menerima pinjaman ke depannya.
“Dengan kerja sama bersama GoTo Financial tentu DPK nanti meningkat, dan jika DPK meningkat pasti LDR-nya akan turun terus,” kata Kharim.
Sementara itu, Pengamat Ekonomi Perbankan dari Binus University Doddy Ariefianto mengatakan menurut Bank Indonesia posisi LDR yang ideal berada di level sekitar 78–92 persen.
Jika terlalu rendah, maka bank tidak efisien karena uang DPK menganggur, dan jika terlalu tinggi atau melebihi batas maka likuditas bank terbilang ketat.
Likuiditas ketat artinya alat likuid yang tersedia terlalu sedikit karena bank terlalu agresif memberikan kredit. Bank perlu menyiapkan alat likuid untuk berjaga-jaga jika suatu saat nasabah menarik uang bank memiliki dana yang cukup.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel