Harga Emas Tergelincir Akibat Data Ekonomi AS Membaik

Bisnis.com,12 Agt 2022, 06:25 WIB
Penulis: Hafiyyan
Harga emas menurun di tengah kuatnya data ekonomi AS yang mengurangi selera investor terhadap aset aman. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas tertekan pada akhir perdagangan Kamis (11/8/2022) menghentikan kenaikan selama tiga hari berturut-turut karena data ekonomi AS yang positif.

Kuatnya data ekonomi AS membuat daya tarik logam kuning berkurang meskipun masih bertahan di atas level psikologis US$1.800, mengutip Antara.

Harga emas Comex kontrak Desember 2022 jatuh US$6,5 atau 0,36 persen, menjadi US$1.807,20 per ounce.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis (11/8/2022) bahwa indeks harga produsen (IHP) AS, ukuran inflasi sebelum mencapai konsumen, turun 0,5 persen pada Juli secara tahunan. Itu adalah penurunan bulanan pertama sejak April 2020 dan turun dari kenaikan tajam satu persen dari Mei ke Juni.

Laporan Departemen Tenaga Kerja AS lainnya menunjukkan bahwa klaim pengangguran awal AS naik 14.000 menjadi 262.000 yang disesuaikan secara musiman dalam pekan yang berakhir 6 Agustus. Angka tersebut sedikit lebih rendah dari perkiraan para ekonom sebanyak 263.000 permohonan.

Data IHP disebut datang setelah Indeks Harga Konsumen atau IHK untuk Juli yang lebih penting. Laporan IHK menunjukkan pertumbuhan 0 persen untuk Juli dan ekspansi tahunan sebesar 8,5 persen, dibandingkan perkiraan ekonom masing-masing sebesar 0,2 persen dan 8,7 persen.

"Investor mungkin menjadi terlalu optimis tentang poros Fed," kata Ed Moya, analis di platform perdagangan daring OANDA. "Emas perlu melihat lebih banyak data dalam beberapa bulan ke depan untuk mengkonfirmasi bahwa tekanan inflasi moderat."

Setidaknya tiga pejabat Fed mengatakan dalam beberapa hari terakhir bahwa Fed belum siap untuk menurunkan suku bunga.

The Fed "jauh, jauh dari menyatakan kemenangan" pada inflasi, Presiden Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari mengatakan pada sebuah konferensi.

Presiden Fed San Francisco Mary Daly, dalam sebuah wawancara dengan Financial Times, juga memperingatkan terlalu dini bagi bank sentral AS untuk "menyatakan kemenangan" dalam perjuangannya melawan inflasi.

Presiden Fed Chicago Charles Evans menyebut inflasi tinggi "belum dapat diterima", mengatakan dia yakin The Fed kemungkinan perlu menaikkan suku bunga menjadi 3,25-3,5 persen tahun ini dan menjadi 3,75-4,0 persen pada akhir tahun depan.

Laporan Monex Investindo Futures menyebutkan harga emas sebelumnya mendapat sentimen positif dari melandainya inflasi AS Juli 2022 ke posisi 8,5 persen dari bulan sebelumnya 9,1 persen.

Inflasi AS yang melandai mengindikasikan kenaikan suku bunga The Fed yang tak terlalu agresif ke depan sehingga melemahkan dolar AS dan meningkatkan permintaan emas.

Namun demikian, kenaikan harga emas masih cenderung terbatas karena pasar mencerna pernyataan Gubernur The Fed Charles Evans dan Neel Kashkari yang dianggap tidak terlalu dovish.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini