Rekor! Neraca Perdagangan Juli Diproyeksi Surplus 27 Bulan Beruntun

Bisnis.com,12 Agt 2022, 15:02 WIB
Penulis: Maria Elena
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Neraca perdagangan Juli 2022 yang akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal pekan depan diproyeksi kembali mencatatkan surplus. Capaian ini membuat pemerintah berhasil mencatatkan rekor surplus beruntun dalam 27 bulan terakhir.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan neraca perdagangan Indonesia Juli 2022 diproyeksi surplus US$3,85 miliar.

Dia mengatakan harga komoditas yang tinggi tetap mendukung kinerja ekspor, meski kekhawatiran resesi global telah memberikan tekanan pada harga.

Meski demikian, kinerja ekspor pada Juli 2022 diproyeksi melemah, sejalan dengan aktivitas perdagangan global yang melambat.

“Kami memperkirakan ekspor Indonesia pada Juli 2022 akan tumbuh 23,01 persen secara tahunan atau -8,61 persen secara bulanan,” katanya, Jumat (12/8/2022).

Faisal menjelaskan, kondisi ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan harga batu bara dan CPO dari level Juni 2022, penurunan Baltic Dry Index yang menunjukkan volume perdagangan global yang lebih lambat, dan perlambatan ekspor ke China.

Sementara itu, kinerja impor pada Juli 2022 diperkirakan tetap solid, seiring dengan percepatan pemulihan ekonomi domestik.

“Kami memperkirakan impor Indonesia pada Juli 2022 akan tumbuh lebih kuat sebesar 31,02 persen secara tahunan atau -4,79 persen secara bulanan,” jelasnya.

Dia mengatakan, perkembangan impor pada periode tersebut juga didorong oleh low base effect akibat penyebaran Covid-19 varian Delta pada Juli 2021.

Di samping itu, PMI manufaktur Indonesia juga meningkat pada Juli 2022 menjadi 51,3 dan ekspor China ke Indonesia dilaporkan menguat.

Dia memperkirakan surplus perdagangan ke depan cenderung menyusut karena impor akan mengikuti ekspor seiring dengan percepatan pemulihan ekonomi domestik.

Tren kenaikan sebagian besar harga komoditas pun sudah mulai mereda di tengah kekhawatiran resesi global.

“Hal ini dapat menyebabkan risiko melemahnya kinerja ekspor di semester II/2022. Namun, impor diperkirakan tetap solid seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan akan terus meningkat,” kata Faisal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini