Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) akan melaksanakan rights issue pada kuartal IV/2022. Analis pasar modal menilai kinerja fundamental dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi investor untuk menyerap saham baru BRIS.
Bank Syariah Indonesia atau BSI, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, dikutip pada Rabu (17/8/2022), bersiap mengeksekusi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) I lewat penerbitan maksimal 6 miliar saham baru.
BSI akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 23 September 2022 untuk meminta persetujuan terkait rights issue. Nilai nominal saham baru yang akan diterbitkan sebesar Rp500 per saham, sementara harga pelaksanaan dan jumlah final atas saham baru yang diterbitkan akan diumumkan kemudian.
Merujuk Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK), jangka waktu antara tanggal persetujuan RUPSLB hingga efektifnya pernyataan pendaftaran tidak lebih dari 12 bulan. “PMHMETD I diharapkan akan dilaksanakan dan selesai pada kuartal IV/2022,” tulis manajemen BSI.
Pengamat pasar modal Reza Priyambada mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh investor jika hendak menyerap saham baru BRIS. “Pertimbangan pertama kinerja BSI bagus, artinya secara fundamental ini perusahaan sehat,” ujarnya belum lama ini.
BSI tercatat membukukan pertumbuhan laba signifikan per Juni 2022. Mengutip paparan kinerja PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau BMRI selaku pemegang saham mayoritas, BSI membukukan laba Rp2,12 triliun atau naik lebih dari 40 persen secara tahunan.
Dengan perolehan itu, Reza mengatakan harga saham baru BRIS akan menjadi menarik karena lazimnya ditawarkan di bawah harga pasar yang berlaku. Pada perdagangan Selasa (16/8) saham BRIS ditutup melemah 1,29 persen ke level 1.525 per lembar.
Reza juga menambahkan pertimbangan lain adalah likuiditas saham di pasar. Dengan bertambahnya kepemilikan publik, artinya saham BRIS akan berpotensi semakin banyak ditransaksikan dalam satu waktu.
Likuiditas saham adalah ukuran jumlah transaksi suatu saham dalam suatu periode tertentu. Semakin tinggi jumlah transaksi, berarti semakin tinggi pula tingkat likuiditas saham tersebut.
Sementara itu, Pendiri Syariah Saham Asep Muhammad Saepul Islam menuturkan bahwa tingginya minat investor dalam aksi korporasi yang dilakukan BSI nantinya tergantung pada rencana penggunaan dana tersebut.
Satu katalisator terbesar adalah penggunaan dana untuk mengakuisisi unit usaha syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Dari sisi kinerja, kata Asep, UUS BTN membukukan pertumbuhan laba yang tidak kalah baik dengan BSI.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel