Risalah FOMC Meeting: The Fed Akan Pantau Efek Kenaikan Suku Bunga Terhadap Inflasi

Bisnis.com,18 Agt 2022, 05:58 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Gedung Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Mingg (10/4/2022). Bloomberg/ Tom Brenner

Bisnis.com, JAKARTA – Pejabat Federal Reserve AS bulan lalu sepakat terhadap perlunya menghentikan laju kenaikan suku bunga. Namun, mereka juga ingin mengukur bagaimana pengetatan moneter lebih lanjut dapat mengendalikan inflasi.

Dilansir Bloomberg pada Kamis (18/8/2022), Risalah pertemuan Komite Pasar Terbuka (FOMC) yang dirilis Rabu menunjukkan bahwa pejabat The Fed akan menilai efek dari penyesuaian kebijakan kumulatif pada aktivitas ekonomi dan inflasi saat mereka menaikkan suku bunga lebih lanjut.

“Banyak peserta mengatakan bahwa, mengingat sifat lingkungan ekonomi yang terus berubah dan adanya kelambatan yang panjang dan variabel dalam efek kebijakan moneter terhadap perekonomian, ada juga risiko bahwa komite dapat memperketat sikap kebijakan lebih dari diperlukan untuk memulihkan stabilitas harga,” tulis risalah FOMC seperti dikutip Bloomberg, Kamis (18/8/2022).

Pejabat Fed menaikkan suku bunga acuan mereka sebesar 75 basis poin pada pertemuan 26-27 Juli 2022, menandai laju pengetatan tercepat sejak awal 1980-an dalam pertempuran melawan lonjakan inflasi.

Meski begitu, indeks S&P 500 saham AS telah naik sekitar 9 persen sejak pertemuan Juli. Pejabat Fed akan memiliki kesempatan untuk menawarkan pandangan baru tentang prospek selama retret 25-27 Agustus di Jackson Hole, Wyoming.

Setelah rilis risalah, imbal hasil Treasury dua tahun dan dolar memangkas kenaikan, sementara saham AS memangkas kerugian. Pasar swap AS meningkatkan ekspektasi bahwa Fed akan menaikkan suku bunga setengah poin persentase bulan depan, bukan tiga perempat poin.

Kepala ekonom FHN Financial Christopher Low mengatakan meskipun risalah FOMC terus menekankan perlunya menahan inflasi, ada juga kekhawatiran yang muncul bahwa The Fed dapat melakukan pengetatan lebih dari yang diperlukan.

"Ada firasat perbaikan di sisi penawaran ekonomi, ada sedikit harapan di beberapa harga produk mulai melandai, tetapi masih ada banyak kekhawatiran tentang inflasi dan ekspektasi inflasi," ungkap Christopher.

Bahasa yang digunakan dalam risalah tersebut menggemakan apa yang dikatakan Powell pada konferensi pers setelah pertemuan. Komentarnya memicu lonjakan saham ketika dia menyarankan bahwa bank sentral dapat beralih ke kenaikan suku bunga yang lebih kecil ke depan.

Meski begitu, dia tetap membuka opsi untuk kenaikan suku bunga acuan yang lebih besar pada pertemuan berikutnya di bulan September, tergantung pada data ekonomi yang akan dirilis sebelum pertemuan.

Laporan Departemen Tenaga Kerja yang diterbitkan 5 Agustus - yang menunjukkan perusahaan menambahkan 528.000 karyawan ke daftar gaji bulan lalu, lebih dari dua kali lipat dari yang diperkirakan para analis, mendorong investor untuk berekspektasi pada kenaikan 75 basis poin ketiga berturut-turut dalam FOMC meeting 20-21 September mendatang.

“(Pada pertemuan bulan Juli) peserta menilai bahwa risiko signifikan yang dihadapi komite adalah bahwa inflasi yang meningkat dapat mengakar jika publik mulai mempertanyakan keputusan komite untuk menyesuaikan sikap kebijakan secara memadai,” tulis risalah tersebut.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini