SBN Sukuk Ritel SR017 Dirilis Hari Ini, Suku Bunga DPK Bakal Naik?

Bisnis.com,19 Agt 2022, 04:15 WIB
Penulis: Leo Dwi Jatmiko
Sukuk ritel/Instagram @djpprkemenkeu

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah dan perbankan dinilai perlu menyiapkan strategi yang matang dalam memasarkan SBN Sukuk Ritel SR017, mengingat kondisi likuiditas saat ini cukup ketat. SR017 diprediksi likuiditas makin ketat, yang mendorong bank menaikkan bunga dana pihak ketiga (DPK).

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah berpendapat SR017 akan sulit dipasarkan dalam kondisi likuiditas yang ketat seperti saat ini.

Beberapa bank sentral global telah menaikkan suku bunga acuan, seiring dengan langkah The Fed yang menaikkan suku bunga acuan mereka sebesar 75 basis poin pada Juli lalu. Kenaikan menandai laju pengetatan tercepat sejak awal 1980-an dalam pertempuran melawan lonjakan inflasi.

“Menurut saya akan sulit dipasarkan dalam kondisi likuiditas yang kering saat ini, dan terutama di tengah tren kenaikan suku bunga. Walaupun SR017 sudah menawarkan suku bunga yang menarik sekalipun,” kata Piter, Kamis (18/8).

Untuk diketahui, pemerintah akan mulai menjual SR017 secara daring besok, Jumat (19/8/2022). SBN Sukuk Ritel SR017 memiliki tenor 3 tahun dan menawarkan kupon 5,9 persen per tahun. Kupon itu merupakan yang tertinggi sejak imbal hasil SBN ritel dalam tren penurunan yakni pengujung 2020.

Pemerintah juga telah menunjuk 31 mitra distribusi, di mana 20 mitra distribusi tersebut berasal dari perbankan.

Tidak hanya itu, lanjut Piter, dengan bunga 5,9 persen per tahun, penerbitan SR017 akan bersifat crowding out, yaitu suatu fenomena yang muncul ketika peningkatan keterlibatan pemerintah dalam sektor ekonomi pasar secara substansial mempengaruhi sisa pasar, baik pada sisi penawaran atau permintaan pasar.

Dalam kondisi ini pemerintah akan berebut dana dengan perbankan. Penerbitan SR017, kata Piter, akan memacu bank untuk menaikkan suku bunga dana pihak ketiga (DPK) agar bisa tetapi bersaing mendapatkan DPK dan menjaga likuiditas di tengah kondisi likuiditas yang mengering.

Dia menuturkan saat ini Bank Indonesia memang tidak menaikkan suku bunga, tetapi menaikkan giro wajib minimum menjadi 9 persen pada September 2022. Dampaknya lebih langsung ke likuiditas bank, terutama ke bank bank kecil yang sesungguhnya selama ini juga tidak mengalami likuiditas yang berlimpah. Kenaikan GWM langsung akan menyedot likuiditas bank.

“Dampaknya akan berbeda antara bank besar dan bank kecil. Bank kecil akan lebih terdampak dan terdorong untuk meningkatkan suku bunga DPK mereka. perebutan likuiditas lebih terjadi di bank kecil,” kata Piter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini