Bisnis.com, JAKARTA - Ketimpangan akses perempuan terhadap perempuan masih cukup tinggi. Berdasarkan data BPS tahun 2021, angka partisipasi perguruan tinggi untuk perempuan hanya mencapai angka 33, 42 persen.
Artinya, masih ada 66,58 persen anak perempuan lulusan SMA yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Faktor utama masih rendahnya perempuan yang melanjutkan kuliah selain karena keterbatasan ekonomi, juga karena stigma perempuan tidak perlu sekolah tinggi.
Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan, sebab pada akhirnya jika melamar kerja mereka belum memiliki bekal keterampilan yang maksimal. Selain memberikan kemampuan analisis dan keahlian tertentu, pendidikan tinggi juga menyediakan akses jaringan yang luas.
Terkait hal ini, Amartha, microfinance marketplace yang berfokus pada pemberdayaan pengusaha ultra mikro lewat layanan keuangan inklusif menggulirkan program Beasiswa Amartha Cendekia, khusus perempuan.
Saat ini, program yang sudah digulirkan sejak April lalu telah menjaring sekitar 1.224 pendaftar dan kini mengumumkan 30 siswi terpilih penerima Beasiswa Amartha Cendekia.
Aria Widyanto, Chief Risk and Sustainability Officer Amartha mengatakan, program beasiswa ini dilatarbelakangi oleh fakta soal ketimpangan akses pendidikan bagi anak perempuan, terutama yang berada di pedesaan.
“Kami menginginkan dunia di mana perempuan dan remaja di pedesaan memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses pendidikan, mengeksplor potensi mereka, dan memiliki pilihan yang lebih baik untuk masa depan mereka,” ujar Aria dalam keterangan tertulisnya, Senin (22/8/2022).
Amartha, lanjut Aria, percaya bahwa akses pendidikan bagi anak perempuan di pedesaan adalah salah satu jalan untuk mencapai kesejahteraan dan pemerataan di Indonesia.
Sementara itu, Putu Elvina, Komisioner KPAI mengatakan setiap anak di Indonesia, terutama perempuan berhak memperoleh hak pendidikan yang berkualitas, termasuk akses ke perguruan tinggi.
“Sejak dulu, perempuan kerap mengalami kesulitan dalam mengakses pendidikan sehingga berisiko menciptakan siklus kemiskinan yang turun-temurun. Kami mengapresiasi langkah Amartha yang membuka akses pendidikan bagi anak Indonesia, khususnya anak perempuan di lapisan piramida terbawah,” jelas Elvina
Menurut Elvina, siklus ketimpangan akses perempuan pada pendidikan ini harus diputus bersama-sama dan butu peran berbagai pihak untuk menciptakan kesempatan lebih baik bagi anak-anak kelompok marjinal dalam mengenyam pendidikan.
Chalida Zia, Alumni LPDP FKM UI dan University of Melbourne sepakat bahwa perempuan harus memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi karena akan memberikan banyak manfaat dari segala aspek kehidupannya di masa mendatang.
“Perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk mengubah dirinya, keluarganya, dan masyarakatnya, untuk menjadi lebih baik melalui pendidikan. Semoga penerima beasiswa dapat membawa perubahan besar baik bagi keluarga maupun Indonesia,” ujarnya.
Beasiswa Amartha Cendekia sendiri disalurkan melalui Amartha Foundation (Yayasan Tanggung Renteng Sejahtera). Amartha menargetkan dalam kurun lima tahun ke depan, sebanyak 1,730 kuota beasiswa dapat disalurkan total dana mencapai lebih dari Rp8 miliar.
Adapun rangkaian proses seleksi Beasiswa Amartha Cendekia terdiri dari esai motivasi, nilai rapor dan sertifikat prestasi sebagai nilai tambah. Nantinya penerima beasiswa akan mendapatkan dana sebesar Rp3 juta per tahun dan tambahan sebesar Rp5 juta bagi peserta yang berhasil masuk kuliah di tahun 2023.
Selain itu Amartha juga memberikan program pengembangan diri melalui development class dari Amartha Academy serta program Coaching & Mentoring dari ‘Kakak Asuh’ yang merupakan inisiasi program kerelawanan senior manajemen Amartha.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel