Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BBRI menilai pemulihan bisnis di sektor hotel dan restoran cenderung berjalan lambat. Meski demikian, pelaku usaha di sektor ini disebut optimistis mampu memperbaiki kinerjanya pada kuartal III/2022.
Bank Indonesia, dalam laporan analisis uang beredar per Juni 2022, mengemukakan bahwa kredit modal kerja di sektor perdagangan, hotel, dan restoran mencatatkan pertumbuhan sebesar 9 persen secara year-on-year (yoy) atau senilai Rp941,8 triliun.
Meski mengalami peningkatan, pertumbuhan kredit tersebut berjalan lebih moderat jika dibandingkan sektor-sektor lain yang sudah mengalami peningkatan hingga digit ganda.
“Sektor hotel dan restoran merupakan salah satu sektor di mana pemulihan bisnisnya cenderung lebih lambat dibandingkan dengan sektor lainnya,” ujar Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto kepada Bisnis, Senin (22/8/2022).
Akan tetapi, dia menyampaikan berdasarkan hasil riset Indeks Bisnis UMKM, sektor hotel dan restoran memperkirakan kinerja usahanya akan semakin membaik pada kuartal III/2022. Sektor ini bahkan menunjukkan kenaikan indeks ekspektasi terbesar dibandingkan sektor lainnya.
“Hal tersebut mencerminkan optimisme pelaku UMKM sektor hotel dan restoran ke depan, seiring dengan pandemi yang kian terkendali,” pungkasnya.
Di sisi lain, lanjutnya, kemampuan pelaku UMKM untuk cepat beradaptasi dan bangkit dari dampak pandemi akan menjadi faktor kunci. Saat ini pelaku UMKM telah menemukan kenormalan baru berupa daya adaptasi untuk dapat menjalankan bisnis lebih efisien dan presisi.
Sementara itu, Aestika menyatakan bahwa emiten bank berkode saham BBRI ini menyambut baik apabila program restrukturisasi kredit Covid-19 diperpanjang hingga 2024.
Menurutnya, saat ini para pelaku UMKM masih membutuhkan waktu untuk pemulihan bisnisnya setelah dihantam pandemi. Utamanya di daerah-daerah yang bergantung pada sektor pariwisata, seperti Provinsi Bali yang menyasar sektor hotel dan restoran hingga jasa perorangan.
Sebelumnya, Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Friderica Widyasari Dewi meminta perbankan untuk meningkatkan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai atau CKPN secara lebih agresif sesuai dengan profil risiko.
Dia menyatakan saat ini OJK tengah mengkaji secara cermat kebijakan restrukturisasi mendatang secara tepat sasaran berdasarkan kondisi pertumbuhan industri dan juga daerah yang membutuhkan.
“OJK terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan terkini dan mendorong kinerja serta kontribusi sektor jasa keuangan dalam mempertahankan stabilitas sistem keuangan dan menjaga pemulihan ekonomi nasional,” tuturnya.
OJK mencatat posisi kredit restrukturisasi Covid-19 pada Juni 2022 mencapai Rp576,17 triliun, atau lebih rendah dari outstanding bulan sebelumnya Rp596,25 triliun. Jumlah debitur restrukturisasi juga turun dari 3,13 juta pada Mei menjadi 2,99 juta debitur per Juni 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel