Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom memperkirakan secara keseluruhan perbankan di Tanah Air mampu mempertahankan profitabilitas meski Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan atau BI 7-day reverse repo rate (BI-7DRRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan keputusan untuk menaikkan suku bunga tersebut sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi dan inflasi volatile food, serta memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah.
“Hal itu agar sejalan dengan nilai fundamentalnya dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah pertumbuhan ekonomi domestik yang semakin kuat,” kata Perry dalam konferensi pers, Selasa (23/8/2022).
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah memperkirakan bank-bank besar umumnya masih mampu meningkatkan laba, meski bank sentral menaikkan suku bunga tersebut.
Hingga paruh pertama di 2022 alias semester I/2022, bank besar baik dari bank BUMN maupun bank swasta mampu menorehkan peningkatan laba bersih. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) misalnya yang mencetak laba bersih sebesar Rp20,2 triliun, atau naik 61,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Ada pula dari bank swasta terbesar di Tanah Air, yakni PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang juga mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 24,9 persen yoy menjadi Rp18 triliun pada semester I/2022.
Piter mengatakan bahwa tujuan Bank Indonesia menaikkan BI rate adalah untuk mengurangi likuiditas dan mengerem penyaluran kredit. Dengan demikian, Piter menilai hal itu akan membuat agregat demand turun dan inflasi tertahan.
Namun, Piter menggarisbawahi bahwa kenaikan suku bunga kredit juga akan mengurangi minat masyarakat untuk mengambil kredit bank, salah satunnya kredit perumahan (kredit pemilikan rumah/KPR) atau kredit mobil.
“Dampaknya memang berbeda-beda untuk setiap orang. Ada yang tetap mengambil kredit KPR atau mobil. Namun, secara umum kenaikan bunga kredit akan menahan orang mengambil kredit,” ucap Piter kepada Bisnis, Rabu (24/8/2022).
Di sisi lain, Piter memandang adanya keuntungan yang dirasakan perbankan, terutama bagi bank besar yang tidak banyak terpengaruh dengan adanya kenaikkan suku bunga 3,75 persen ini. Secara umum, kata Piter, bank besar masih bisa mempertahankan spread bunga.
Kendati demikian, Piter mengungkapkan adanya tekanan kepada bank adalah dari menurunnya penyaluran kredit. Meski begitu, dia memperkirakan tekanan tersebut tidak besar.
Lebih lanjut, menurut Piter, untuk mempertahankan tingkat keuntungan bank harus meningkatkan efisiensi menurunkan nilai beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO).
“Dengan asumsi tidak terjadi gejolak ekonomi, bank-bank akan bisa mempertahankan profitability mereka,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel