Kenaikan Suku Bunga Acuan Angin Segar bagi Perbankan

Bisnis.com,24 Agt 2022, 20:27 WIB
Penulis: Leo Dwi Jatmiko
Logo Bank Indonesia.

Bisnis.com, JAKARTA — Keputusan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan menjadi angin segar bagi perbankan. Hal ini akan membuat bank memiliki ruang untuk meningkatkan likuiditas sebagai modal ekspansi kredit.  

Chief Economist PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BBRI Anton Hendranata mengatakan pengetatan likuiditas yang dilakukan oleh Bank Indonesia sejak Maret 2022 lewat kenaikan giro wajib minimum (GWM) sebetulnya sudah berdampak bagi perbankan.

“Dengan kenaikan suku bunga acuan, perbankan saat ini memiliki alasan untuk dapat meningkatkan suku bunga pinjamannya di tengah pengetatan likuiditas sehingga dapat berdampak positif bagi perbankan,” kata Anton kepada Bisnis, Rabu (24/8/2022).

Anton yang juga menjabat sebagai Direktur Utama BRI Research Institute mengungkapkan penelitian yang dilakukan BRI menunjukkan bahwa suku bunga bukan merupakan variabel utama yang memengaruhi kredit. Daya beli masyarakat adalah faktor utama yang menjadi variabel utama.

Dengan asumsi kenaikan suku bunga yang diharapkan dapat mengendalikan inflasi dan menjaga daya beli masyarakat, kinerja kredit bank tetap ekspansif sejalan dengan pemulihan ekonomi di dalam negeri.

Adapun kenaikkan suku bunga acuan pada bulan ini, tutur Anton, sudah banyak diperkirakan oleh para pelaku pasar dan perbankan. Hal tersebut karena tingkat nilai tukar Rupiah terhadap US Dolar yang sudah mendekati Rp15.000/USD dan nilai inflasi inti yang mulai mendekati 3 persen.

Secara historis,kenaikan suku bunga acuan BI7DRR akan secara cepat diikuti dengan kenaikan suku bunga pinjaman oleh perbankan. Akan tetapi pada saat ini, menurutnya, perbankan tidak perlu terlalu reaktif.

Dia mengatakan namun demikian, dalam jangka menengah-panjang, kenaikan suku bunga acuan akan mulai menekan inflasi.

Kenaikan suku bunga simpanan akan membuat masyarakat lebih gemar menabung karena return yang ditawarkan perbankan lebih tinggi. Selain itu, penurunan ekspansi bisnis melalui pinjaman ke bank akibat meningkatnya suku bunga pinjaman akan menekan perputaran uang, sehingga inflasi juga akan menurun.

Kenaikan suku bunga acuan BI7DRR saat ini juga menekan inflasi dalam jangka menengah-panjang dengan mendorong penurunan ekspektasi inflasi. Dengan kenaikan ini, pelaku pasar akan memandang bahwa Bank Indonesia mulai serius untuk mengatasi inflasi sehingga ekspektasi inflasi ke depan akan lebih terjaga.

Kontrol yang baik dalam menjaga stabilitas inflasi tentunya dapat berdampak pada harga-harga barang yang terjaga. Dengan kondisi tersebut, tentunya daya beli konsumen akan tetap terjaga sehingga konsumsi masyarakat akan tetap kuat walaupun kemungkinan investasi akan menurun ke depan.

Terjaganya daya beli masyarakat dapat berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi nasional, mengingat variabel tersebut merupakan penopang utama PDB Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Muhammad Khadafi
Terkini