Bisnis.com, JAKARTA – PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo memberikan peringkat idA+ kepada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. atau Bank Muamalat dan sukuk mudharabah 2021. Dalam hal ini, Pefindo menyampaikan bahwa prospek dari peringkat adalah stabil.
Pefindo menjelaskan peringkat mencerminkan kuatnya kemungkinan dukungan dari Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) sebagai pemegang saham pengendali, posisi yang kuat pada industri perbankan syariah, dan tingkat permodalan yang sangat kuat. Adapun, peringkat dibatasi oleh kualitas aset dan profitabilitas yang di bawah rata-rata.
“Peringkat dapat dinaikan apabila Bank Muamalat secara signifikan meningkatkan kualitas aset dan profitabilitasnya secara konsisten dan memperkuat sinergi dengan BPKH secara berkelanjutan,” jelas Pefindo seperti dikutip pada Kamis (25/8/2022).
Namun, peringkat dapat diturunkan apabila kinerja keuangan Bank Muamalat menurun secara signifikan atau jika terdapat indikasi penurunan tingkat dukungan dari BPKH kepada Bank Muamalat.
Pefindo menambahkan bahwa obligor dengan peringkat idA memiliki kemampuan yang kuat dibandingkan obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya. Walaupun demikian, lanjut Pefindo, kemampuan obligor mungkin akan mudah terpengaruh oleh perubahan buruk keadaan dan kondisi ekonomi dibandingkan obligor dengan peringkat lebih tinggi.
Sementara itu, tanda tambah (+) menunjukkan bahwa peringkat yang diberikan relatif kuat dan di atas rata-rata kategori yang bersangkutan.
Untuk diketahui, Bank Muamalat merupakan bank pertama di Indonesia yang beroperasi berlandaskan prinsip syariah. Per 30 Juni 2022, pemegang saham terdiri dari BPKH dengan menggenggam 82,65 persen, Islamic Development Bank (IsDB) sebesar 2,04 persen, and lainnya sebanyak 15,3 persen.
Tercatat, Bank Muamalat membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp20,99 miliar. Laba tersebut melesat 328,2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari semula bernilai Rp4,9 miliar. Secara total aset, perseroan juga mengalami kenaikan 16 persen yoy, dari Rp51,62 triliun menjadi Rp59,87 triliun per akhir Juni 2022.
Adapun, dari sisi perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum, Bank Muamalat tercatat memiliki modal inti (tier 1) senilai Rp5,05 triliun, atau naik 17,8 persen yoy dari semula Rp4,29 triliun.
Lalu, dari rasio keuangan untuk nonperforming financing (NPF) turun menjadi 2,22 persen (gross) dan 0,66 persen (net). Untuk return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) masing-masing berada di level 0,09 persen dan 0,83 persen.
Rasio net imbalan (NI) turun menjadi 0,66 persen dari sebelumnya di level 1,24 persen, sedangkan biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) menjadi 97,26 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel