Bisnis.com, JAKARTA – Bisnis kartu kredit perbankan kembali bermekaran hingga paruh pertama di tahun ini. Emiten perbankan milik konglomerat Chairul Tanjung alias CT, PT Bank Mega Tbk. (MEGA) yang optimistis transaksi kartu kredit dapat bertumbuh hingga 12 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
“Bank Mega optimis bahwa jumlah transaksi dan sales volume kartu kredit Bank Mega akan tumbuh yoy di akhir tahun [2022] hingga 12 persen,” kata Direktur Consumer Banking Bank Mega Diza Larentie kepada Bisnis, Kamis (25/8/2022).
Diza mengungkapkan bahwa sales volume transaksi kartu kredit Bank Mega pada periode Juli 2022 meningkat 9 persen yoy. Senadam jumlah transaksi MEGA juga mengalami pertumbuhan sebesar 14 persen.
“Sedangkan jumlah kartu kredit tidak tumbuh secara signifikan karena fokus untuk mendapatkan kualitas,” lanjutnya.
Untuk diketahui, per Juni 2022, Bank Indonesia (BI) mencatat nilai transaksi kartu kredit tumbuh 34 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari sebelumnya Rp19,81 triliun menjadi Rp26,62 triliun. Volume transaksi kartu kredit juga tumbuh 20 persen yoy, dari 23,22 juta transaksi menjadi 27,93 juta transaksi.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai pertumbuhan bisnis kartu kredit hingga Juni 2022 terjadi karena beberapa faktor yang membuat pertumbuhan kartu kredit jauh lebih baik.
Pertama, kartu kredit banyak yang menggunakan bonus dan poin untuk kebutuhan berbelanja, mulai dari supermarket, pusat perbelanjaan, kafe, hingga restoran. Menurutnya, hal ini berkorelasi dengan mobilitas masyarakat.
“Jadi mobilitas masyarakat yang mulai membaik, terutama di kota-kota besar. Ini berkorelasi dengan kenaikan penggunaan kartu kredit,” ujar Bhima Bhima menilai bisnis entertainment seperti hiburan dan wisata juga berkaitan dengan laju pertumbuhan kartu kredit di Indonesia.
Kedua, adanya pemulihan perekonomian. Bhima mengatakan konsumsi rumah tangga di kuartal II/2022 mulai merangkak naik, meski masih terdapat kekhawatiran soal inflasi serta tren kenaikan suku bunga di banyak negara.
“Tapi overall [secara keseluruhan], pemulihan ekonomi berkorelasi dengan naiknya penggunaan kartu kredit,” tuturnya.
Faktor ketiga, yakni perubahan perilaku masyarakat yang berbelanja secara online atau daring, khususnya barang-barang elektronik.
Bhima menyampaikan kebutuhan berbelanja secara online kini banyak juga yang menggunakan fasilitas kartu kredit, meskipun sekarang ada tantangan dari PayLater dan fasilitas dari fintech pinjaman dengan proses yang relatif lebih cepat. Namun, dia menilai loyalitas terhadap penggunaan kartu kredit masih tetap meningkat.
“Tren ke depan sepertinya kartu kredit masih tetap diminati sejalan dengan konsumsi rumah tangganya yang mulai meningkat,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel