Ada Kenaikan BBM Hingga Inflasi Meroket, Begini Ramalan Bisnis Bank Syariah dari Ekonom BRIS

Bisnis.com,26 Agt 2022, 05:18 WIB
Penulis: Leo Dwi Jatmiko
Pegawai menunjukan aplikasi Bank Syariah Indonesia (BSI) usai peresmiannya di Jakarta, Senin (1/2/2021). Presiden Joko Widodo meresmikan BSI yang menandai telah tuntas dan rampungnya proses merger tiga bank syariah milik Himbara yakni PT Bank BRIsyariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Bisnis.com, JAKARTA — Melonjaknya inflasi dan kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi diyakini belum berdampak terhadap perbankan syariah.

Chief Economist PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) Banjaran Surya Indrastomo mengatakan hingga paruh 2022,  Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2022 mencapai 5,44 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Ekonomi Indonesia mampu bangkit dan membalikkan keadaan setelah pada kuartal II/2020 terkoreksi 5,32 persen.

Hal tersebut masih ditopang oleh windfall profit komoditas ekspor utama dan mobilitas masyarakat yang kembali seperti sebelum pandemi. Selain itu, sektor manufaktur konsisten ekspansif juga diikuti segmen usaha mikro kecil dan menengah (UKM) yang kembali bergairah. Kondisi ini menopang peningkatan permintaan yang diiringi naiknya konsumsi dari kelas pekerja.

Di tengah geliat perekonomian, kata Banjaran, perbankan syariah memainkan peran aktif melalui pertumbuhan penyaluran pembiayaan yang di atas rata-rata industri perbankan nasional.

“Sampai dengan kuartal II/2022 pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah mencapai 14,09 persen (yoy) di tengah permodalan yang tetap kuat,” kata Banjaran dalam siaran pers, Kamis (25/8/2022).

Mengutip data yang dimiliki BRIS, dengan persentase pertumbuhan itu secara nominal pembiayaan perbankan syariah nasional mencapai Rp462,34 triliun hingga akhir kuartal II/2022. Adapun pertumbuhan quarter to quarter (qtq) mencapai 6,43 persen dari Rp434,39 triliun pada kuartal sebelumnya.

Sementara itu, perbankan konvensional pada kuartal II/2022 tumbuh sebesar 10,37 persen secara yoy menjadi Rp5.851 triliun. Adapun pertumbuhan quarter to quarter (qtq) mencapai 5,19 persen dari Rp5.562 triliun pada kuartal sebelumnya. Sedangkan industri perbankan nasional tumbuh 5,28% secara qtq dari Rp5.997 dari kuartal sebelumnya.

Tak hanya itu, dari segi aset, pertumbuhan bank syariah pun lebih besar dari pertumbuhan industri perbankan nasional ataupun perbankan konvensional. Di mana aset industri perbankan syariah tumbuh 14,21 persen yoy menjadi Rp721 triliun. Sementara aset total industri perbankan nasional hanya tumbuh 9,52 persen dan industri perbankan konvensional sebesar 9,19 persen.

Banjaran menambahkan sejalan dengan perbaikan ekonomi, BSI tumbuh signifikan di sektor konsumer. Karena sektor tersebut sudah menjadi pusat pertumbuhan BSI selama pandemi.

“Diikuti dengan sektor wholesale yang tumbuh seiring dengan rebound korporasi merespon demand yang pulih. Setali tiga uang, sektor mikro juga menunjukkan perkembangan pesat merespon momentum recovery,” kata Banjar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini