OPEC SInyalkan Pemangkasan Produksi, Harga Minyak Ditutup Menguat

Bisnis.com,27 Agt 2022, 06:50 WIB
Penulis: Newswire
Tangki penyimpanan minyak di California, Amerika Serikat/Bloomberg-David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah menguat pada akhir perdagangan Jumat (26/8/2022), didorong oleh kekhawatiran atas ketatnya pasokan menyusul sinyal dari Arab Saudi bahwa OPEC dapat memangkas produksi.

DIlansir Antara, Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober ditutup menguat 54 poin atau 0,6 persen ke level US$93,06 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober naik 1,65 poin atau 1,7 persen ke level US$100,99 per barel di London ICE Futures Exchange. Sepanjang pekan ini, WTI naik 2,9 persen sedangkan Brent melonjak 4,4 persen, berdasarkan kontrak bulan depan.

Pergerakan di atas terjadi karena para pedagang bertaruh pada kemungkinan penurunan produksi oleh produsen minyak utama.

Menteri energi Arab Saudi mengindikasikan awal pekan ini bahwa ada keterputusan antara harga berjangka dan fundamental, dan bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+. memiliki sarana untuk menghadapi tantangan pasar termasuk memotong produksi kapan saja dan dalam bentuk yang berbeda.

"Kesan tetap bahwa Arab Saudi tidak mau mentolerir penurunan harga di bawah 90 dolar AS. Spekulan dapat melihat ini sebagai undangan untuk bertaruh pada kenaikan harga lebih lanjut tanpa perlu takut akan penurunan harga yang lebih jelas," kata Commerzbank dalam sebuah catatan, dilansir Antara, Sabtu (27/6/2022.

Pelaku pasar minyak juga mencerna pernyataan terbaru Gubernur Federal Reserve Jerome Powell. Dalam pidatonya yang sangat dinanti-nantikan pada Jumat (26/8/2022) di simposium Jackson Hole, Powell menegaskan kembali janji untuk secara paksa memerangi inflasi yang masih mendekati level tertinggi dalam empat dekade.

Harga minyak sempat turun setelah Ketua Fed mengatakan kebijakan moneter yang ketat mungkin akan dilakukan "untuk beberapa waktu" guna melawan inflasi, yang berarti pertumbuhan yang lebih lambat, pasar kerja yang lebih lemah dan "beberapa rasa sakit" untuk rumah tangga dan bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini