Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Eksekutif pada Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Anung Herlianto mengatakan bahwa berdasarkan survei Bloomberg, perusahaan raksasa teknologi atau big-tech akan menguasai sektor perbangkan hingga asuransi.
Perusahaan rintisan bervaluasi jumbo di Tanah Air dengan bisnis inti di luar layanan finansial, tercatat mulai merangsek ke bisnis bank digital. Salah satunya manuver Bukalapak yang menjadi salah satu pemegang saham PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI).
Selain itu, ada juga Gojek yang melalui PT Dompet Karya Anak Bangsa menjadi pemegang saham di PT Bank Jago Tbk. (ARTO) atau Shopee yang membentuk bank digital, Seabank.
“Survei Bloomberg mengatakan bahwa ke depan, 60 persen sektor keuangan akan dikuasai big-tech. Sekarang mereka sudah mulai merambah masuk ke bank,” ujarnya dalam acara Bisnis Indonesia Goes to Campus (BGTC) di Institut Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat Selasa (30/8/2022).
Anung mengatakan bahwa fenomena tersebut kemudian disikapi oleh bank konvensional untuk menciptakan super apps dan mengendalikan ekosistem secara penuh ke depannya. Sejumlah layanan mulai dari transaksi hingga investasi kini telah disediakan oleh bank-bank besar.
“Sehingga nanti datang ke bank, tidak melulu menabung, pinjam uang, dan transfer dana. Saya bisa membeli apa pun melalui bank. Ini yang disebut bank centered,” tutur Anung.
Langkah tersebut, kata Anung, merupakan satu dari tiga klaster desain bisnis perbankan ke depan. Adapun klaster kedua adalah bank menjadi bagian dari ekosistem digital lewat penerapan open banking dan terhubung dengan application programming interface (API).
Selain itu, ke depan bank dapat menyediakan platform digital bagi seluruh mitra sebagai lokapasar atau marketplace. Klaster ketiga ini disebut Anung sebagai platformication.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengatakan fenomena big-tech masuk ke bisnis bank merupakan salah satu strategi agar transaksi yang terjadi di dalam ekosistem perusahaan teknologi tersebut tidak lari ke luar.
“Apalagi kalau masyarakat atau pelaku UMKM di dalam ekosistem tersebut sudah butuh pinjaman. Kalau bisa dari layanan [pinjaman] punya sendiri, kenapa tidak?” ujarnya.
Aviliani juga melihat langkah tersebut mampu membuat big-tech naik kelas dan lebih cepat keluar dari zona bakar uang. Memiliki bank secara signifikan juga mampu mendongkrak valuasi, sehingga membuka potensi bagi big-tech untuk mencapai status dekakorn.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel