Harga BBM Pertalite Cs. Dikabarkan Naik per September, Ekonom BTN (BBTN) Ramal Permintaan KPR Terjaga

Bisnis.com,31 Agt 2022, 20:25 WIB
Penulis: Leo Dwi Jatmiko
Karyawati PT Bank Tabungan Negara memberikan penjelasan mengenai produk perbankan kepada nasabah di Jakarta, Senin (8/1). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) diprediksi berpotensi memberi sedikit tekanan kepada bisnis properti dalam jangka pendek. Kendati demikian, permintaan untuk kredit pemilikan rumah tetap akan terjaga karena KPR merupakan salah satu kebutuhan. 

Kepala Ekonom PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Winang Budoya mengatakan kenaikkan BBM akan mendorong inflasi, yang secara jangka pendek akan memberi dampak kepada bisnis properti. 

Meski demikian, dia mengklaim sektor properti merupakan salah satu yang resilient terhadap perlambatan ekonomi di Indonesia karena kebutuhan rumah yang masih tinggi. Winang juga memprediksi kenaikkan harga BBM tidak akan berdampak terlalu signifikan terhadap permintaan properti dan KPR, mengingat properti merupakan kebutuhan primer. 

“Meski dengan adanya kenaikan suku bunga Bank Indonesia, likuiditas di perbankan saat ini masih cukup ample, sehingga suku bunga kredit masih belum mengalami kenaikan yang signifikan karena biaya dana yang terkendali,” kata Winang kepada Bisnis, Rabu (31/8/2022). 

Dia memperkirakan hingga akhir 2022, KPR masih akan tumbuh sangat baik dan bisa melampaui kinerja tahun lalu karena adanya perbaikan kondisi ekonomi masyarakat akibat mobilisasi yang sudah kembali normal. 

 

Sekadar informasi, menurut laporan Bank Indonesia pada Juli 2022 penyaluran kredit properti tumbuh 5,3 persen year on year/yoy, menjadi Rp1.151,2 triliun. Pertumbuhan kredit properti pada Juli 2022 lebih tinggi dibandingkan dengan Juni 2022 yang sebesar 5 persen. 

 

Adapun khusus untuk kredit pemilikan rakyat dan kredit pemilikan apartemen (KPR/KPA) tumbuh sebesar 7,3 persen pada Juli 2022, lebih tinggi dibandingkan Juni 2022 yang sebesar 7,1 persen. 

 

Sebelumnya, Pengamat Ekonomi Perbankan dari Binus University Doddy Ariefianto mengatakan pemerintah berpikir realistis dalam menaikkan harga BBM. Kenaikkan tersebut, menurutnya, akan mendorong inflasi, dengan tingkat pass through sekitar 60%-70%. 

 

Dia mengatakan jika saat ini pertalite Rp7.250, kemudian naik menjadi Rp9.000-Rp10.000, maka kemungkinan inflasi bisa ekstra 3%-4%. Dengan posisi inflasi saat ini mencapai 4,9 persen, maka kenaikkan BBM bisa mendorong inflasi hingga 7 persen bahkan lebih untuk skema terburuk. 

 

“Ketikan inflasi naik, BI rate naik. Suku bunga simpanan dan kredit naik. Ketika suku bunga acuan naik, isu nonperforming loan dan permintaan kredit turun itu dampaknya kepada perbankan,” kata Doddy. 

 

Sementara itu, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menyebutkan jika harga Pertalite dinaikkan dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter, inflasi meningkat 0,83 persen poin dan berpotensi memangkas pertumbuhan ekonomi sebesar -0,17 persen poin. 

 

Jika harga Solar meningkat dari Rp5.150 per liter menjadi Rp8.500 per liter, kontribusi terhadap kenaikan inflasi sekitar 0,33 persen poin dan berpotensi menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar -0,07 persen poin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini