Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Pembangunan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta atau Bank DKI mencatatkan kenaikan laba bersih tahun berjalan sebesar 30,64 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp504,9 miliar pada semester I/2022, dari sebelumnya sebesar Rp386,47 miliar.
Direktur Keuangan & Strategi Bank DKI Romy Wijayanto menyampaikan bahwa pertumbuhan laba perseroan utamanya ditopang oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih yang tumbuh 9,68 persen yoy dari Rp1,30 triliun menjadi Rp1,43 triliun.
“Efisiensi beban bunga menjadi faktor utama yang memberikan dampak positif bagi pertumbuhan laba Bank DKI melalui penjagaan tingkat cost of fund pada level terbilang rendah,” ujar Romy dalam keterangan tertulis, Kamis (1/9/2022).
Selain indikator tersebut, Romy mengatakan fee-based income (FBI) Bank DKI juga memberikan kontribusi positif terhadap laba yang tumbuh 27,97 persen yoy dari semula sebesar Rp206,45 miliar menjadi Rp264,19 miliar.
Direktur Utama Bank DKI Fidri Arnaldy mengatakan indikator kinerja keuangan Bank DKI mencatatkan pertumbuhan yang baik, termasuk di antaranya total aset yang tumbuh sebesar 28,99 persen yoy dari Rp56,73 triliun menjadi Rp73,17 triliun.
Fidri menyampaikan Bank DKI juga mencatat pertumbuhan kredit menjadi Rp43,64 triliun. Itu naik 20,15 persen yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu bernilai Rp36,32 triliun.
“Pertumbuhan kredit terjadi pada seluruh segmen, dengan pertumbuhan segmen mikro yang memiliki persentase pertumbuhan tertinggi sebesar 34,77 persen pada kuartal II/2022,” kata Fidri.
Fidri mengungkapkan pertumbuhan penyaluran kredit tersebut juga didukung dengan perbaikan kualitas aset Bank DKI yang ditandai dengan penurunan rasio kredit macet atau nonperforming loan (NPL) berada di level 2,26 persen (gross) dan 0,40 persen (net).
Selain kredit, Bank DKI juga berhasil mencatatkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 35,12 persen yoy dari semula sebesar Rp44,95 triliun menjadi Rp60,73 triliun. Pertumbuhan tersebut utamanya didorong oleh pertumbuhan dana giro sebesar 30,70 persen yoy, dari semula Rp11,07 triliun menjadi Rp14,47 triliun.
Lebih lanjut, Bank DKI juga mencatatkan pencapaian pre-provisioning operating profit (PPOP) sebesar Rp797,24 miliar. Itu meningkat 26,97 persen yoy dibandingkan periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp627,91 miliar.
Lalu, untuk rasio return on equity (ROE) mencatatkan double digit sebesar 10,72 persen, atau meningkat dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 8,69 persen. Sementara itu, rasio return on asset (ROA) berada di level 1,85 persen.
Sejalan dengan berbagai upaya efisiensi yang dilakukan sepanjang 2022, kata Fidri, Bank DKI mampu menekan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang tercatat sebesar 75,80 persen pada akhir Juni 2022, turun dibandingkan dengan Juni 2021 sebesar 76,98 persen.
“Seiring dengan pertumbuhan kredit yang terjadi, rasio loan to deposit ratio [LDR] Bank DKI meningkat di kuartal II/2022 yang tercatat sebesar 71,86 persen dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya masih berada di bawah 70 persen,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel