Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan multifinance bagian Grup Astra, PT Federal International Finance (FIF Group) mulai ambil ancang-ancang atas dampak kenaikan harga BBM terhadap peningkatan rasio pembiayaan bermasalah.
Presiden Direktur FIF Margono Tanuwijaya mengakui lonjakan rasio non-performing financing (NPF) merupakan keniscayaan di tengah kondisi ekonomi masyarakat yang kurang stabil akibat kenaikan harga BBM.
"Dampak kenaikan BBM membuat lonjakan kredit macet itu pasti ada, tapi kami yakin tidak pada semua konsumen. Konsumen yang berpotensi macet itu terutama yang punya beberapa cicilan, di mana selama fase kebutuhan hidup meningkat, pasti ada cicilan yang lebih diprioritaskan," ujarnya kepada Bisnis, Senin (5/9/2022).
Akan tetapi Margono masih meyakini para debitur FIF yang masuk kategori kurang lancar akibat kenaikan BBM pun tidak lantas berakhir dengan kredit macet, apabila aktivitas perekonomian masih berjalan lancar.
Terlebih, industri pembiayaan sepeda motor pun masih terdampak fenomena kelangkaan stok kendaraan pada paruh awal 2022 lalu, sehingga debitur eksisting notabene merupakan mereka yang punya kesempatan mempersiapkan kondisi keuangannya menjadi lebih stabil.
Sebagai gambaran, berdasarkan laporan keuangan FIF per Juni 2022, rasio NPF bruto dari leasing khusus memfasilitasi produk pembiayaan motor baru merek Honda ini masih terjaga di level 0,99 persen, naik tipis ketimbang NPF bruto pada akhir tahun lalu di level 0,7 persen.
Adapun, pada periode ini, Margono juga mewaspadai adanya pergeseran segmen konsumen akibat kenaikan harga BBM, di mana kalangan menengah mulai beralih mengambil motor yang lebih murah dan lebih irit bahan bakar. Padahal, volume unit motor jenis ini masih mengalami keterbatasan.
"Secara umum, pada semester I/2022 kemarin banyak yang ambil Vario yang notabene segmen mid-high. Tapi yang mengambil Beat pun tidak semuanya dari segmen menengah ke bawah. Ada juga debitur bagus, tapi lebih suka ambil motor harga murah. Jadi secara risiko tidak beda jauh," jelasnya.
Terkait penyaluran pembiayaan baru, Margono pun masih optimistis kinerja sepanjang tahun ini masih bisa lebih baik ketimbang tahun lalu yang totalnya mencapai Rp31,83 triliun, di mana porsi pembiayaan motor baru alias produk FIFASTRA mencapai Rp21,2 triliun dari total.
Adapun, sampai Juni 2022, realisasi penyaluran pembiayaan FIF menembus Rp15,50 triliun. Namun, porsi FIFASTRA senilai Rp9,38 triliun tercatat turun 7,53 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) ketimbang capaian Juni 2021 senilai Rp10,15 triliun.
"Kami yakin permintaan tetap tinggi, karena sepeda motor saat ini dibutuhkan untuk bekerja, untuk mendukung produktivitas, dan kebutuhan transportasi. Tapi kalau segmen yang ambil cicilan untuk lebih ke arah hobi atau upgrade tipe kendaraan, mungkin memang agak berkurang," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel