Bisnis.com, JAKARTA — Kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) berdampak pada kapasitas debitur dalam membayar angsuran, termasuk cicilan kredit pemilikan rumah (KPR). Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. atau BBTN Haru Koesmahargyo mengungkapkan sejumlah strategi untuk menjaga kualitas kredit tetap rendah di tengah bayang-bayang inflasi tinggi.
Haru mengatakan dalam menjaga kualitas pembiayaan, BTN memperkuat proses loan origination atau asal mula kredit delalui pemusatan pemrosesan dan pengelolaan kredit komersial. Artinya, bisnis, analisis risiko, dan operasional kredit dilakukan masing-masing secara independen pada commercial banking center BTN.
Sekadar informasi, loan origination adalah proses saat peminjam mengajukan permohonan untuk pinjaman baru, dan pemberi pinjaman memproses permohonan tersebut.
“BTN juga melakukan sentralisasi proses operasional kredit konsumer melalui pembentukan regional loan processing center BTN untuk proses yang lebih prudent dan efisien,” kata Haru kepada Bisnis, Kamis (8/92022).
Haru juga mengatakan perseroan melakukan penilaian kredit atau scoring credit dengan teliti. BTN telah membangun credit scoring model (decision engine) untuk keputusan persetujuan pinjaman.
Sejalan dengan langkah perbaikan proses kredit, tambah Haru, BTN juga melakukan perbaikan proses penagihan dan penjualan aset kredit macet untuk mendorong penurunan angka non-performing loan (NPL), dengan memperluas kanal penjualan aset kredit macet melalui pengembangan portal rumah murah (rumahmurahbtn.co.id) berbagai cara penjualan aset kredit macet secara masif.
BTN juga melakukan digitalisasi proses collection melalui pembangunan iColl dan membangun scoring collection untuk pengelolaan dan monitoring proses penagihan kredit.
“Dengan strategi perbaikan proses origination dan collection tersebut, angka Debitur Realisasi Baru Menunggak (DRBM), Kolektibilitas -2 serta non-performing loan Bank BTN terus membaik,” kata Haru.
Strategi yang dilakukan BTN terbilang berhasil. Merujuk presentasi korporasi kuartal I/2022, NPL gross BTN berada di posisi 3,60 persen atau turun 65 basis poin (bps) dibandingkan dengan kuartal I/2021 yang berada di level 4,25 persen. BTN menargetkan hingga akhir 2022, NPL dapat ditekan hingga posisi 3,3-3,5 persen. Dengan NPL coverage di atas 150 persen.
Sebelumnya, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan salah satu dampak dari kenaikkan harga BBM adalah meningkatnya risiko kredit macet.
Perbankan dinilai perlu berhati-hati dalam menyalurkan kredit pada 3 bulan sisa 2022. Kenaikkan BBM akan berdampak kepada sejumlah sektor.
“Perbankan akan sangat berhati-hari menyalurkan kredit. Jadi pertumbuhan kredit yang sekarang sudah dalam tahap pemulihan cukup bagus, mungkin bisa terkoreksi,” kata Bhima.
Selain penyaluran dan kualitas kredit, kata Bhima, kenaikkan harga BBM yang akan memicu inflasi, juga akan berdampak pada likuiditas yang makin ketat.
Kenaikkan BBM akan diikuti dengan kenaikkan harga-harga barang dan suku bunga, yang membuat beban debitur makin berat dalam membayar cicilan, termasuk membayar KPR.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel