Klaim JHT Bengkak, Intip Strategi BPJS Ketenagakerjaan Kelola Dana Peserta

Bisnis.com,09 Sep 2022, 13:40 WIB
Penulis: Aziz Rahardyan
Karyawati beraktivitas di salah satu kantor cabang BPJamsostek di Jakarta (24/1/2022). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan alias BPJamsostek mengaku tengah menerapkan strategi investasi lebih konservatif, terutama untuk program-program dengan rasio klaim tinggi.

Direktur Pengembangan Investasi BPJamsostek Edwin Ridwan mengungkap strategi yang lebih konservatif terutama berlaku untuk program asuransi sosial, yaitu Jaminan Kematian (JKM) dan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).

"Program yang klaimnya cukup besar beberapa bulan atau mungkin setahun terakhir, kami akan lebih konservatif. Karena yang terpenting itu kan kita harus pastikan dananya tersedia pada saat peserta melakukan klaim," ujarnya ketika ditemui selepas acara di Plaza BPJamsostek, dikutip Jumat (9/9/2022).

Sebaliknya, program Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP) yang peruntukan jangka panjang didesain bisa lebih agresif. Namun, menilik tren lonjakan klaim tetap ada pada periode ini, kehati-hatian tetap menjadi prioritas.

Terlebih, berdasarkan data total klaim BPJamsostek dari seluruh program per semester I/2022, terjadi peningkatan nominal klaim mencapai 27 persen (year-on-year/yoy) menjadi Rp25,12 triliun, sementara peningkatan total kasus mencapai 42 persen yoy menjadi 1,92 juta kasus.

Program JHT pun tengah menjadi sorotan, karena pembayaran manfaat atau klaimnya menembus Rp22,47 triliun. Padahal, program dengan total aset Rp328,9 triliun ini hanya mampu meraup penerimaan iuran Rp27,24 triliun, sehingga memiliki rasio klaim 82,49 persen. Namun, rasio kecukupan dana program JHT tercatat masih mencapai Rp98,37 persen.

Sebelumnya, BPJamsostek mengungkap lonjakan total klaim pada periode ini memang didorong oleh klaim JHT, bukan lagi dari JKM karena dampak pandemi Covid-19. Salah satunya, merupakan buah peningkatan awareness masyarakat bahwa manfaat JHT bisa diambil kapan pun dengan mudah.

"Tapi sebenarnya program seperti JHT atau JP itu lebih jangka panjang, jadi kami bisa mengambil risiko yang lebih besar dibandingkan program JKK dan JKM. Tapi tentu dalam konteks saat ini, kita akan terus optimalkan return, tapi yang utama tetap ketersediaan dana," tambahnya.

Terakhir, untuk program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) yang merupakan program baru, saat ini masih dipatok menggunakan strategi investasi konservatif karena BPJamsostek tengah melihat tren rasio klaim sepanjang tahun berjalan terlebih dahulu.

Secara umum, BPJamsostek masih mengejar target mempertahankan imbal hasil investasi di kisaran 6,5 persen sampai 7 persen. Edwin mengungkap dari total dana kelolaan Rp603 triliun per Juni 2022, imbal hasil investasi saat ini sudah berada di kisaran 6,8 persen.

Edwin menjelaskan tantangan pada periode ini berada di sisi keterbatasan instrumen investasi dengan profil risiko konservatif-moderat di pasaran, namun tetap bisa membuahkan imbal hasil kompetitif. Bahkan, deposito perbankan di pasaran saat ini sudah tak mampu lagi menampung dana kelolaan BPJamsostek yang terlampau jumbo.

"Deposito bunganya tidak terlalu bagus, ya, walaupun sudah mulai naik, tapi mungkin rata-rata masih 3 persen, sedangkan kita punya target 6,5 persen sampai 7 persen. Jadi kita harus tempatkan di instrumen lain, terutama surat utang negara [SUN]," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini