BBM Naik, MTI Sarankan Perbesar Utilitas Energi Non Fosil

Bisnis.com,09 Sep 2022, 12:49 WIB
Penulis: Anitana Widya Puspa
Pengendara mengisi bahan bakar di SPBU, di Jakarta, Senin (9/4/2018)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA - Penaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini dinilai menjadi waktu yang tepat bagi pemerintah untuk memperbesar penggunaan energi non BBM, khususnya bagi sektor transportasi.

Sekretaris Jenderal Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Harya S. Dillon mengatakan, saat ini sudah banyak negara yang memfokuskan penggunaan transportasi non BBM untuk menekan biaya sekaligus mengurangi emisi. Salah satunya Prancis. Bahkan negara tersebut menjadi negara pertama yang sampai melarang iklan BBM fosil.

Oleh karena itu, ia mendorong pemerintah berkomitmen untuk turut mengurangi penggunaan energi non BBM. Hal tersebut, kata dia, harus dimulai dengan kemauan politik yang kuat. Misalnya dengan mendeklarasikan bahwa angkutan umum di Indonesia akan 100 persen menggunakan kendaraan non BMM pada tahun 2030.

"Sekretariat Negara juga sudah mengumumkan penggunaan kendaraan Non BBM untuk operasional di 5 Istana Negara. Itu layak diapresiasi tetapi dampaknya tidak akan signifikan kalau tidak diikuti dengan angkutan umum,” ujarnya, Jumat (9/9/2022).

Sebagai tahap awal, transportasi umum bisa melakukan migrasi ke bahan bakar gas (BBG) berjenis Compressed Natural Gas (CNG). Pasalnya investasi penggunaan BBG untuk perusahaan transportasi umum masih lebih murah ketimbang menggunakan kendaraan energi non BBM lainnya yaitu kendaraan listrik. Hal itu dikarenakan investasinya hanya di conventer CNG.

Koko, sapaan akrabnya mengatakan,untuk mendorong lebih banyak transportasi umum menggunakan BBG, pemerintah harus mulai menambah jaringan stasiun pengisian bahan bahar gas (SPBG) untuk memudahkan dalam pengisian dan memotivasi migrasi ke BBG. Untuk menekan biaya energi, Harya juga menyarankan agar pemerintah memfokuskan sumber daya gas alam digunakan untuk kebutuhan industri dan sumber energi pembangkit listrik. Lalu listriknya dapat digunakan untuk kendaraan.

Dia mencontohkan seperti yang dilakukan oleh PT Blue Bird Tbk. Perusahaan transportasi tersebut saat ini sudah memiliki kendaraan berbasis BBG sebanyak 2.300 unit atau 22 persen dari seluruh armada. Jumlah itu rencananya akan terus ditambah hingga 5.000 unit.

Wakil Direktur Utama Blue Bird, Adrianto Djokosoetono sebelumnya mengatakan, Blue Bird menggenjot penggunaan kendaraan BBG lantaran lebih murah dibandingkan dengan kendaraan listrik. Dimana investasi pengadaan mobil listrik biayanya empat kali lipat dari mobil konvensional. Itu sebabnya, armada listrik Blue Bird saat ini jumlahnya baru sekitar 60 unit. Dari penggunaan kendaraan non BBM, Andre mengakui pihaknya dapat menekan biaya energi cukup besar.

Melalui penerapan armada BBG, Blue Bird berhasil menekan beban energi hingga 40 persen. Pada saat yang bersamaan, emisi yang dikeluarkan BBG juga lebih rendah dibandingkan BBM.

"Kita lihat dari pengalaman TransJakarta. Banyak waktu kendaraan habis mengantri di SPBG sehingga kinerja operasional angkutan menjadi tidak optimal,” tekannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini