BI Sumbar : Laju Pertumbuhan Ekonomi Terbebani Kenaikan BBM

Bisnis.com,10 Sep 2022, 10:27 WIB
Penulis: Muhammad Noli Hendra
Warga melintas di depan tugu fotokopi di Kantor Wali Nagari Atar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Sabtu (3/9/2022). Tugu yang dibangun sejak tahun 2012 itu merupakan lambang bagi perantau di Nagari Atar yang mayoritas merintis usaha jasa fotokopi di Sumatera dan Jawa./Antara-Iggoy el Fitra.

Bisnis.com, PADANG — Kebijakan pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi diperkirakan bakal membuat menurunkan pertumbuhan ekonomi.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar Wahyu Purnama mengatakan kenaikan harga BBM bersubsidi menurunkan pertumbuhan ekonomi dan juga menyebabkan angka kemiskinan akan menjadi tinggi.

“BBM bersubsidi urat nadi perekonomian. Semua yang diangkut menggunakan BBM. Sehingga akan berdampak terhadap kenaikan harga barang,” kata Wahyu, Jumat (9/9/2022).

Dia menilai untuk mengatasi kondisi tersebut diperlukan sinergitas dan kolaborasi bersama agar dampak kenaikan BBM dapat ditekan.

“Inilah yang harus kita waspadai bersama, kita harus bersinergi untuk mengantisipasi itu semua,” tegasnya.

Menurut Wahyu, kenaikan harga BBM tidak saja berdampak terhadap komoditas pangan, namun juga komoditas inti di luar pangan.

"Jadi gerakan menanam cabai yang dicanangkan oleh Pemko Padang harus dilakukan serius dan sungguh-sungguh, karena bisa meringankan beban masyarakat," harapnya.

Sementara dari Jakarta dilaporkan, Ikatan Pengusaha Cargo Nusantara (IPCN) berencana menaikkan biaya pengiriman barang hingga minimal 20 persen untuk merespons penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Ketua IPCN Beni Syarifudin dalam pernyataan di Jakarta, Jumat (9/9/2022), mengatakan kenaikan harga BBM tersebut membuat pengusaha harus menyesuaikan kebijakan baru terkait biaya pengiriman kepada pelanggan.

"Kami membuat rencana kenaikan cost ongkos kirim sebesar minimal 20 persen, angka ini merupakan angka aman untuk kargo dan pelanggan. Terlebih kami adalah kargo yang berorientasi pada harga murah untuk pelanggan," kata Beni.

Meski demikian, IPCN memproyeksikan kenaikan biaya pengiriman berpotensi menurunkan permintaan dari pelanggan sebesar 30 persen hingga 40 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Miftahul Ulum
Terkini