Bank Mandiri Ungkap Sektor dengan Kredit Macet Tertinggi, Bukan Restoran atau Transportasi!

Bisnis.com,12 Sep 2022, 19:53 WIB
Penulis: Rika Anggraeni
Sejumlah nelayan membongkat muat ikan hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan, Jembrana, Bali, Kamis (21/7/2022). ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menyampaikan bahwa kualitas kredit perbankan nasional relatif stabil pada Mei 2022 dengan rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) berada di level 3,04 persen.

Merujuk data Statistik Perbankan Indonesia (SPI), NPL untuk total kredit sektor lapangan usaha meningkat dari 3,50 persen pada April 2022 menjadi 3,53 persen pada posisi Mei 2022.

Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani menyampaikan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum atau mamin bukan lagi menjadi sektor dengan NPL tertinggi untuk periode Mei 2022, melainkan sektor perikanan.

“NPL tertinggi pada Mei 2022 adalah sektor perikanan 6,31 persen, bergeser dari sektor penyediaan akomodasi dan makan minum 5,69 persen yang sebelumnya selalu menempati posisi tertinggi,” jelas Dendi dalam riset bertajuk 'Industry & Regional Brief', seperti dikutip pada Senin (12/9/2022).

Mengekor di belakangnya dengan NPL tertinggi adalah industri pengolahan sebesar 4,83 persen, perdagangan besar dan eceran 4,33 persen, dan konstruksi 4,00 persen.

Sementara itu, Dendi menyampaikan bahwa rasio NPL kelompok kredit rumah tangga meningkat dari 1,80 persen pada April 2022 menjadi 1,88 persen pada Mei 2022.

“NPL tertinggi kredit rumah tangga per Mei 2022 masih pada kredit untuk pemilikan ruko atau rukan 5,09 persen, diikuti kredit untuk pemilikan rumah tinggal 2,34 persen,” ujarnya.

Adapun, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai perkembangan kredit Juni dan Juli 2022, NPL perbankan per Juni 2022 turun menjadi 2,86 persen kemudian meningkat ke level 2,90 persen per Juli 2022.

Lebih lanjut, bank pelat merah bersandi saham BMRI itu memperkirakan kredit perbankan akan tumbuh sebesar 9,9 persen tahun ini seiring dengan membaiknya perekonomian.

Namun, Dendi menyampaikan ada beberapa tantangan yang dapat menekan laju pertumbuhan kredit, yaitu tekanan inflasi yang meningkat terutama akibat kenaikan harga BBM, kenaikan suku bunga, dan kemungkinan koreksi harga-harga komoditas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini