Rupiah Dibuka Perkasa, Yuan China Paling Mentereng di Awal Pekan

Bisnis.com,12 Sep 2022, 09:31 WIB
Penulis: Nuhansa Mikrefin Yoedo Putra
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta, Sabtu (30/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat 0,05 persen pada pembukaan perdagangan awal pekan, Senin (12/9/2022).

Berdasarkan data Bloomberg, di pasar spot, mata uang Garuda berada pada level Rp14.823 per dolar AS, naik 0,05 persen atau setara 7 poin pada pukul 09.00 WIB.

Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,32 persen ke posisi 108,65.

Sejumlah mata uang lainnya di kawasan Asia Pasifik terpantau melemah terhadap dolar AS, antaralain peso Filipina 0,10 persen, ringgit Malaysia 0,07 persen, yen Jepang 0,06 persen, baht Thailand 0,05 persen, dan won Korea Selatan 0,04 persen.

Lebih lanjut dolar Hong Kong terpantau stagnan terhadap dolar AS pada pembukaan perdagangan hari ini.

Deretan mata uang di Asia Pasifik yang tercatat menguat terhadap dolar AS yaitu yuan Cina 0,45 persen, dolar Taiwan 0,27 persen, rupee India 0,17 persen, dan dolar Singapura 0,10 persen.

Analis pasar keuangan Ariston Tjendra mengatakan rupiah berpotensi menguat pada hari ini ke level 14.800 dengan resisten sekitar 14.850. Hal ini lantaran dolar AS masih terlihat berkonsolidasi terhadap nilai tukar lainnya menjelang pengumuman kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral AS atau The Fed pada pekan depan.

Menurut Ariston, indeks dolar AS mengalami tekanan karena penguatan nilai tukar lainnya terutama euro terhadap dolar AS. Adapun kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Eropa sebanyak 75 basis poin menjadi penyebabnya.

“Dari dalam negeri sendiri, ekspektasi kenaikan inflasi karena kenaikan BBM subsidi juga memicu ekspektasi Bank Indonesia akan menaikan suku bunga acuannya lagi, sehingga ini membantu menjaga nilai tukar rupiah,” ujar Ariston kepada Bisnis pada Senin (12/9/2022).

Lebih lanjut Ariston mengatakan sentimen The Fed masih akan menjaga pelemahan dolar AS meski tidak mendalam. Pasar masih memiliki ekspektasi The Fed akan menaikan suku bunga acuan sebanyak 75 basis depan lantaran inflasi AS masih di level tinggi.

Dolar AS lantas disebut dapat melemah lagi lantaran potensi adanya penurunan inflasi di negeri Paman Sam. Hal ini dapat terlihat ketika AS akan merilis data inflasi konsumen pada besok (13/9/2022) malam waktu setempat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farid Firdaus
Terkini