Makin Sengit, Twitter Kembali Tolak Alasan Terbaru Elon Musk Batalkan Kesepakatan Akuisisi

Bisnis.com,13 Sep 2022, 17:17 WIB
Penulis: Asahi Asry Larasati
CEO Tesla Elon Musk. /Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Chief Executive Officer (CEO) Tesla Elon Musk kembali menerima penolakan atas pembatalan kesepakatan untuk mengakuisisi jejaring sosial Twitter senilai US$44 miliar. Hal tersebut diketahui sehari sebelum pemegang saham perusahaan memberikan suara.

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (13/9/2022), pengacara Twitter menjelaskan dalam sebuah surat bahwa upaya orang terkaya di dunia tersebut untuk mengakhiri kesepakatan tidak sah dan salah.

Twitter juga mengatakan pembayaran kepada whistleblower Twitter Peiter Zatko tidak melanggar kesepakatan apapun antara perusahaan dan Elon Musk.

Sebelumnya, pengaraca Elon Musk mengatakan Twitter seharusnya memberi tahu dia sebelum menghabiskan US$7,75 juta untuk membayar perjanjian pemisahan kepada mantan kepala keamanan perusahaan Peiter Zatko, yang telah menyuarakan kekhawatiran terhadap lemahnya sistem keamanan, masalah privasi, serta jumlah akun 'bot' di media sosial tersebut.

Seperti diketahui, Elon Musk sebelumnya telah menyuarakan keprihatinan terkait jumlah akun bot di platform Twitter, serta keputusan perekrutan, pemecatan perusahaan, dan berpendapat bahwa pelanggaran perjanjian dapat memungkinkan dirinya menarik tawarannya.

Meski demikian, investor Twitter kemungkinan akan menerima tawaran Musk, dan pengadilan 17 Oktober mendatang untuk memutuskan apakah dia harus melanjutkan tawarannya tetap berjalan sesuai rencana.

"Persetujuan pemegang saham diharapkan menetapkan panggung untuk Game of Thrones Battle antara Musk dan Twitter di Pengadilan Delaware dengan kemungkinan besar menurut pendapat kami bahwa beberapa bentuk negosiasi kemungkinan akan terjadi," tulis Analis Wedbush Securities Daniel Ives dan John Katsingris.

Seperti diketahui, Elon Musk mencoba mengakhiri akuisisi Twitter senilai US$44 miliar atau Rp625,5 triliun setelah mengatakan platform itu menipunya dan investor terkait jumlah akun spam dan bot di antara lebih dari 230 juta penggunanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini