Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI (BBNI) menyatakan tidak berencana untuk meningkatkan ekspansi kredit ke sektor batu bara, sejalan dengan komitmen perseroan terhadap penguatan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola atau environmental, social, dan governance (ESG).
Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini menyampaikan komposisi kredit ke sektor batu bara BNI cukup kecil, yakni hanya sebesar 2 persen dari total kredit portofolio BNI per Juni 2022.
“Walaupun mungkin kenaikan harga komoditas juga menguntungkan untuk masuk ke sektor ini [batu bara], tapi kami tidak berencana untuk meningkatkan ekspansi sektor komoditas di batu bara,” kata Novita di acara Public Expose Live 2022 yang diselenggarakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) secara virtual, Kamis (13/9/2022)
Emiten bersandi saham BBNI itu menyatakan karena perseroan mempertimbangkan komitmen penguatan ESG.
Tercatat, hingga Juni 2022, portofolio berkelanjutan yang disalurkan mencapai Rp117,9 triliun untuk kebutuhan kemajuan dan pemberdayaan ekonomi sosial (UMKM).
Kemudian, sebesar Rp16,1 triliun untuk pengelolaan sumber daya alam hayati dan penggunaan lahan yang berkelanjutan, lalu Rp12 triliun untuk kebutuhan energi terbarukan (renewable energy), Rp7,2 triliun dalam hal pencegahan polusi (pollution prevention), serta kebutuhan pendanaan berkelanjutan dengan total nilai mencapai Rp23,4 triliun.
“Sektor batu bara merupakan yang sangat selektif untuk kita lakukan pendanaan,” imbuhnya.
Head of Investor Relations BNI Yohan Setio mengatakan bahwa tren tingkat pertumbuhan kredit ke sektor batu bara BNI juga tidak sebesar pertumbuhan kredit ke sektor-sektor lain.
BNI menyatakan pihaknya menyelaraskan strategi pertumbuhan perseroan dengan kebijakan pemerintah untuk memenuhi target net zero emission tahun 2060.
“Pemerintah juga sudah mulai mengarahkan agar pemakaian listrik mulai melakukan diversifikasi sumber energinya dan batu bara menjadi sumber daya yang reliable,” ujarnya.
Adapun, strategi yang dirancang BNI adalah perseroan akan sejalan dengan kebijakan pemerintah. Artinya, eksposur BNI ke batu bara akan secara bertahap menurun, apabila kebijakan pemerintah berhasil diterapkan secara efektif.
Namun, lanjut Yohan, apabila BBNI secara tiba-tiba menyetop penyaluran kredit ke sektor batu bara, maka akan berdampak tidak bagus ke ekonomi.
Dalam hal ini, nantinya, tidak ada suplai listrik lagi ke Indonesia yang terjadi justru ekonomi akan terjadi kekacauan.
“Jadi sektor batu bara ini memang tidak ideal, namun secara bertahap akan dikurangi seiring dengan kebijakan pemerintah,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel