Bisnis.com, MAKASSAR - Pelabuhan peti kemas di Indonesia terus mendorong digitalisasi atau penyediaan sistem pengelolaan angkutan truk barang. Pendataan truk yang keluar masuk area pelabuhan disebut masih banyak yang dilakukan secara manual.
Contohnya di salah satu pelabuhan peti kemas tersibuk di kawasan Indonesia Timur, Terminal Petikemas Makassar (TPM). Terminal Head TPM Muhammad Syukur mengatakan saat ini masih mendorong pengadaan sistem pencatatan setiap truk kontainer yang beroperasi di pelabuhan tersebut.
Menurutnya, saat ini TPM sudah mencatat dan mendata setiap truk kontainer yang melakukan shipping maupun delivery barang di pelabuhan. Namun, saat ini masih dilakukan secara manual.
"Kami lagi menunggu sebuah sistem di mana bisa handle ketika truk bawa barang masuk dan keluar, tapi akurasi datanya bisa divalidasi," ujar Syukur kepada Tim Jelajah Pelabuhan Bisnis Indonesia, Minggu (12/9/2022).
Di sisi lain, Kepala Otoritas Pelabuhan Makassar Anto Julianto mengatakan bahwa pendataan dan pencatatan regitrasi seluruh truk kontainer ditargetkan terwujud akhir 2022 ini. Hal tersebut sejalan dengan penerapan Single Truck Identification Data (STID).
Untuk diketahui, penerapan STID pada pelabuhan di Indonesia belum merata. Saat ini, baru Pelabuhan Petikemas Tanjung Priok yang baru menerapkan digitalisasi tersebut.
Penerapan STID, lanjut Anto, penting karena hal tersebut dibutuhkan untuk nantinya bisa menerapkan Truck Booking System (TBS). Sistem tersebut memungkinkan proses operasinal truk kontainer di pelabuhan lebih efektif dan efisien.
"Jadi truk datang ke pelabuhan bawa barang, terus keluar bawa barang juga itu masuk ke TBS. Jadi pemilik barang nanti bisa memesan truk seperti aplikasi Gojek, tinggal pesan angkutan truk mana yang tersedia melalui aplikasi itu," kata Anto.
Pengaturan truk secara efektif dan efisien diharapkan bisa meningkatkan tata kelola pelabuhan juga. Anto menilai hingga saat ini masih banyak truk yang tidak memilik kepentingan di dalam pelabuhan, namun tetap berhiruk pikuk sehingga mengganggu jalannya kegiatan di dalam pelabuhan.
"Jangan sampai pelabuhan kumuh karena hal seperti itu. Intinya saya berharap jangan sampai Pelindo tidak hanya memprioritaskan soal aspek keuntungan atau uang, tapi juga untuk ketertiban dan peraturan jangan diabaikan," tuturnya.
Di Surabaya, Terminal Teluk Lamong sudah sudah lebih dulu menerapkan sistem yang mirip dengan marketplace untuk menghubungkan pemilik barang dan truk kontainer di pelabuhan.
Sistem tersebut sudah diterapkan selama satu tahun ini, namun belum berjalan secara maksimal. Salah satu tujuan penerapan sistem tersebut yakni untuk mengurangi kemacetan yang ada di Terminal Teluk Lamong.
"Kita sediakan sistem untuk mengurangi kemacetan. Ini sudah berjalan kalau dibilang sekitar 20 persen. Ke depan, akan kita perluas depo-depo agar kerja sama secara B2B," terang Direktur Utama PT Terminal Teluk Lamong Faruq Hidayat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel