Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan meningkatkan kembali suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan kebijakan untuk meningkatkan suku bunga acuan pada periode tersebut mempertimbangkan tingkat inflasi yang meningkat setelah adanya kenaikan harga BBM.
“Kami prediksi BI naikan BI7DRR 25 basis poin guna merespons inflasi yang akan naik tinggi pasca kenaikan BBM,” katanya kepada Bisnis, Selasa (20/9/2022).
Di samping itu, kenaikan suku bunga acuan menurutnya juga sebagai langkah Bi dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih sangat tinggi.
Dari sisi eksternal, suku bunga the Fed diperkirakan naik sebesar 75 basis poin pada bulan ini. Hal ini akan mempengaruhi aliran modal di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Senada, Ekonom Bank Danamon Irman Faiz memperkirakan suku bunga acuan pada RdG bulan ini akan dinaikkan sebesar 25 basis poin guna menjaga ekspektasi dan lonjakan inflasi ke depan.
Dia memperkirakan, berdasarkan perkembangan hingga minggu ketiga, tingkat inflasi pada September 2022 akan mencapai level 5,9 persen.
“Kami sejauh ini melihat BI akan kembali menaikkan suku bunga dengan besaran 25 basis poin ke 4,0 persen. Pertimbangannya survei inflasi per minggu ketiga menunjukkan bahwa inflasi bisa ke 5,9 persen pada akhir bulan ini,” jelasnya.
Adapun, BI memperkirakan tingkat inflasi hingga minggu ketiga September 2022 mencapai 1,09 persen secara bulanan.
Komoditas utama penyumbang inflasi pada September 2022 hingga minggu ketiga, yaitu bensin sebesar 0,91 persen, angkutan dalam kota sebesar 0,04 persen, serta angkutan antar kota, telur ayam ras, dan beras masing-masing sebesar 0,02 persen secara bulanan.
Beberapa komoditas penyumbang inflasi lainnya yaitu rokok kretek filter dan bahan bakar rumah tangga yang masing-masingnya sebesar 0,01 persen secara bulanan.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memperkirakan tingkat inflasi pada akhir 2022 akan mencapai 5,24 persen dengan adanya kenaikan harga BBM.
Dia pun mewaspadai tingkat inflasi inti, yang berkaitan dengan daya beli masyarakat akan meningkat tinggi, sebagai dampak rambatan dari kenaikan harga BBM, juga inflasi pangan yang masih tinggi.
“Inflasi inti pada akhir tahun ini bisa sedikit lebih tinggi dari 4 persen, sekitar 4,15 persen. Dengan perkembangan itu, inflasi IHK di atas 5 persen atau 5,24 persen,” katanya.
Dia menjelaskan, kenaikan harga komoditas global telah mendorong kenaikan inflasi yang tinggi pada komponen harga bergejolak (volatile food) dan harga yang diatur pemerintah (administered prices).
Tercatat, tingkat inflasi pada Agustus 2022 adalah sebesar 4,69 persen secara tahunan. Kelompok volatile food masih mengalami inflasi yang tinggi sebesar 8,9 persen secara tahunan, meski lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 11,47 persen secara tahunan.
Sejalan dengan itu, kelompok administered prices pada Agustus 2022 mengalami inflasi sebesar 6,84 persen secara tahunan, lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 6,51 persen.
Lebih lanjut, tingkat inflasi inti pun tercatat meningkat ke level 3,04 persen secara tahunan, lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 2,86 persen secara tahunan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel