Bisnis.com, JAKARTA — Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dinilai masih berpotensi meningkat hingga akhir tahun. Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, dari sisi eksternal, The Fed telah memberi sinyal untuk menaikkan suku bunga sebesar 100 basis poin hingga akhir tahun.
Kondisi ini akan membatasi aliran portofolio ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Di samping itu, nilai tukar rupiah berpotensi semakin tertekan ke depan.
Dari sisi domestik, tingkat inflasi telah melebihi batas sasaran BI 2—4 persen sejak Juni 2022 dan diperkirakan akan melebihi 6 persen pada 2022. Lonjakan inflasi tersebut disebabkan oleh menguatnya permintaan masyarakat, juga sebagai imbas dari kenaikan harga BBM.
“Kami perkirakan tingkat inflasi akan tetap tinggi, sekitar 5 hingga 6 persen, setidaknya hingga semester I/2023,” katanya, Kamis (22/9/2022).
Berdasarkan perkembangan baik dari sisi eksternal maupun domestik, Faisal memperkirakan BI akan lebih agresif mengubah kebijakan moneter longgar ke kebijakan yang lebih ketat guna memastikan stabilitas.
“Secara keseluruhan, kami saat ini memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan menjadi 5 persen hingga akhir 2022 dan naik menjadi 5,25 persen pada 2023,” imbuhnya.
Adapun, pada Rapat Dewan Gubernur 21 dan 22 September 2022, BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 4,25 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan keputusan ini merupakan langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran 2—4 persen pada paruh kedua 2023.
Di samping itu, kenaikan suku bunga acuan juga untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel