The Fed Kerek Suku Bunga, Jerome Powell: Kami Bertekad Kuat Turunkan Inflasi

Bisnis.com,22 Sep 2022, 04:02 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Gubernur Federal Reserve Jerome Powell./federalreserve.gov

Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan para pejabat The Fed berkomitmen kuat untuk menahan laju inflasi, menyusul keputusan bank sentral AS menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin.

Dilansir Bloomberg pada Kamis (22/9/2022), rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung 20-21 September 2022 memutuskan kenaikan kisaran suku bunga acuan Fed Fund Rate 75 basis poin menjadi 3 – 3,25 persen.

Suku bunga acuan ini merupakan yang tertinggi sejak sebelum krisis keuangan 2008, dan naik dari mendekati nol pada awal tahun ini.

Dalam konferensi pers setelah keputusan suku bunga, Powell mengatakan bank sentral meningkatkan kebijakan ke tingkat yang akan cukup membatasi untuk mengembalikan inflasi ke target The Fed sebesar 2 persen.

“Bank sentral sangat bertekad untuk menurunkan inflasi ke target 2 persen. Kami akan terus melakukannya sampai pekerjaan selesai,” ungkap Powell.

Sementara itu, median prospek kenaikan suku bunga oleh pejabat The Fed, atau yang disebut dot plot, menunjukkan suku bunga acuan naik menjadi 4,4 persen pada akhir tahun, naik dari proyeksi pada Juni sebesar 3,4 persen.

Adapun proyeksi suku bunga untuk akhir tahun 2023 tetap pada 4,6 persen. Dot plot pada akhir tahun 2024 naik menjadi 3,9 persen dari 3,4 persen, sedangkan prospek suku bunga acuan jangka panjang tetap pada 2,5 persen.

“Proyeksi median naik menjadi 4,6 persen pada akhir tahun depan dan turun menjadi 2,9 persen pada akhir 2025, masih di atas estimasi median nilai jangka panjangnya. Proyeksi ini tidak mewakili keputusan atau rencana FOMC dan tidak ada yang bagaimana kondisi ekonomi satu tahun atau lebih dari sekarang,” pungkasnya.

Proyeksi dot plot yang lebih curam daripada yang ditetapkan pejabat pada bulan Juni menggarisbawahi tekad The Fed untuk mendinginkan inflasi meskipun ada risiko bahwa kenaikan suku bunga pinjaman dapat menyeret ekonomi AS ke dalam resesi.

Imbal hasil obligasi Treasury AS dua tahun yang sensitif terhadap kebijakan melonjak ke atas level 4 persen, sedangkan indeks S&P 500 anjlok. Adapun indeks dolar AS mencapai rekor tertinggi baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini