Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah tren kenaikan suku bunga acuan, Bank Indonesia melaporkan bahwa suku bunga perbankan masih dalam tren menurun hingga Agustus 2022.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menuturkan bahwa penurunan suku bunga perbankan tecermin dari suku bunga deposito 1 bulan perbankan di pasar dana, yang turun 44 basis poin (bps) menjadi 2,90 persen secara tahunan pada Agustus 2022.
Sementara itu, di pasar kredit, suku bunga kredit perbankan menunjukkan penurunan sebesar 48 bps pada periode yang sama menjadi 8,94 persen. Penurunan suku bunga perbankan ini juga diikuti dengan meningkatnya kinerja intermediasi bank.
Sampai dengan Agustus 2022, bank sentral mencatat kredit perbankan tumbuh 10,62 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Adapun pemulihan intermediasi juga diperlihatkan perbankan syariah yang mencatatkan kenaikan pembiayaan sebesar 18,7 persen.
“Dari sisi permintaan, peningkatan intermediasi ditopang oleh pemulihan kinerja korporasi dan rumah tangga yang terus berlanjut,” ujar Perry dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) September 2022, Kamis (22/9/2022).
Dia menuturkan bahwa kinerja korporasi tercermin dari tingkat penjualan dan belanja modal yang tetap tumbuh tinggi, terutama di sektor pertanian, pertambangan, industri, dan perdagangan, serta penerimaan pajak dari korporasi yang meningkat.
Di sisi lain, kinerja rumah tangga tercermin dari konsumsi dan investasi rumah tangga yang membaik sejalan dengan optimisme konsumen. Di segmen UMKM, pertumbuhan kredit UMKM tercatat sebesar 16,77 persen yoy pada Agustus 2022 didukung oleh segmen mikro.
Pada kesempatan yang sama, Perry menyampaikan bahwa berdasarkan asesmen terkini, RDG Bank Indonesia pada 21 dan 22 September 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 4,25 persen.
Selain itu, suku bunga deposit facility meningkat sebesar 50 bps menjadi 3,50 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 50 bps menjadi 5,00 persen.
Perry menyatakan Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah pencegahan sekaligus forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran 2 hingga 4 persen pada paruh kedua 2023.
Kenaikan suku bunga acuan, lanjutnya, juga mempertimbangkan langkah untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel