Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) angkat bicara mengenai rumor akuisisi unit usaha syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Senior Vice President Corporate Secretary & Communication PT Bank Syariah Indonesia Tbk. Gunawan Arief Hartoyo mengatakan untuk berintegrasi dengan UUS BTN, perseroan akan mematuhi seluruh peraturan yang berlaku.
Tidak hanya itu, bank syariah terbesar di Indonesia itu juga menunggu arahan dan rekomendasi dari pemegang saham.
“Kami tunduk pada ketentuan dan peraturan yang berlaku dari regulasi dan arahan serta rekomendasi dari pemegang saham,’ kata Gunawan dalam konferensi virtual, Jumat (23/9/2022).
Untuk diketahui, saat ini PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. porsi saham sebesar 50,83 persen di BSI, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. sebesar 24,85 persen, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. sebesar 17,25 persen dan publik 7,07 persen.
Mereka memiliki saham seri B. Sementara itu pemerintah memiliki 1 saham seri A di BSI. Artinya, selain mematuhi peraturan yang berlaku, akuisisi UUS BTN juga harus mendapat rekomendasi dan arahan dari pemegang saham.
Rumor mengenai akuisisi UUS BTN dan BSI terus muncul ke permukaan. Sebelumnya, Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo mengatakan UUS BTN pada 2023 harus dipisahkan dengan induk sesuai dengan undang-undang no.21/2008 tentang Perbankan Syariah.
Terdapat banyak opsi dalam pemisahan UUS BTN dengan induk, mulai dari membentuk baru hingga menyerahkan aset UUS ke bank syariah yang sudah ada. Adapun berdasarkan pilihan terbaik, kata Haru, menyerahkan aset UUS kepada bank syariah.
BSI sendiri baru saja mendapat persetujuan dari pemegang saham untuk melakukan aksi korporasi melalui penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu I (Rights Issue), dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 6 miliar saham Seri B Perseroan, dengan nilai nominal Rp500 per saham (Saham Baru).
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan tambahan modal hasil Rights Issue tersebut untuk mendukung ekspansi pertumbuhan BSI secara organik, bukan anorganik, melalui penyaluran pembiayaan murah dan kompetitif bagi masyarakat.
Untuk mendukung rencana tersebut, BSI membutuhkan tambahan permodalan (ekuitas) agar Capital Adequacy Ratio (CAR) perseroan dapat mencapai di atas 20 persen pada akhir 2025.
“Penguatan permodalan ini tentunya akan dimanfaatkan BSI untuk mengembangkan bisnis sehingga dapat memberikan profitabilitas yang optimal bagi pemegang saham dengan proyeksi Return On Equity [ROE] di level 18 persen-20 persen dalam jangka waktu menengah hingga panjang,” kata Hery.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel