Mengenal Kukerja, Startup yang Menjembatani Pengusaha F&B dengan Pekerja Terampil

Bisnis.com,27 Sep 2022, 07:05 WIB
Penulis: Kahfi
Ilustrasi Startup. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA- Seiring dengan berakhirnya pandemi dan bangkitnya perekonomian, memunculkan bisnis-bisnis F&B yang baru, berupa restoran, cafe,  hingga rumah makan, sehingga ikut menaikkan permintaan terhadap Sumber Daya Manusia (SDM) yang siap kerja. Namun, sektor F&B selama ini dikenal sebagai sektor yang amat dinamis, terutama berkaitan dengan supply dan demand tenaga kerja. 

Faktanya, pergantian karyawan di dunia F&B termasuk tinggi dibandingkan industri lain, yakni mencapai 75 persen. Ini berarti satu restoran rata-rata kehilangan 3 dari 4 karyawannya dalam waktu setahun. Terlebih di industri makanan cepat saji, angka ini bisa meningkat hingga 130-150 persen per tahun.

Data dari Restaurant Insider, pun menemukan bahwa rata-rata 42 persen pelayan mengundurkan diri dalam tiga bulan pertama, dan 43 persen manajer mengundurkan diri di tahun pertama. Karena itu, dalam rangka menjembatani supply dan demand dalam bisnis F&B, Kukerja menciptakan platform yang menghubungkan pengusaha F&B dengan tenaga siap kerja dalam hitungan jam.

Dikembangkan dari Pontianak, Kukerja merupakan startup manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) untuk UMKM dan pekerja kerah biru, khususnya di segmen F&B.

Klien Kukerja yang berasal dari kalangan pemilik bisnis bisa mendapatkan akses ke tenaga kerja yang telah di-skrining secara ketat, sehingga proses rekrutmen berjalan lebih cepat dan efektif, bahkan hanya dalam hitungan jam.

Ide pendirian Kukerja terinspirasi dari tantangan yang dihadapi Founder & CEO Kukerja, Aprianto You, ketika mengurus bisnis F&B milik keluarga. Saat itu, dia mengaku semua perkembangan dan rencana ekspansi harus terhenti karena tantangan SDM, d imana sebagai pelaku bisnis kecil, ada kesulitan tersendiri dalam menemukan talenta yang tepat, melakukan seleksi, dan mengetes kemampuan calon karyawan.

Pemain F&B pun tidak memiliki banyak waktu untuk menghadapi pergantian karyawan (turnover), karena setiap hari bisnis harus tetap dibuka. 

“Di samping itu, saya melihat bahwa banyak tenaga kerja usia produktif yang kesulitan mendapatkan pekerjaan, terutama karena banyak lowongan yang mewajibkan kandidat memiliki pengalaman. Inilah yang membuat saya yakin untuk membangun Kukerja. Kami ingin menjadi partner yang dapat diandalkan para pebisnis untuk mendapatkan tenaga kerja yang terlatih dan berpengalaman, sementara di saat yang sama, kami menyediakan akses pengembangan diri & pelatihan keuangan kepada para pekerja informal di Indonesia,” jelas Aprianto.

Dalam proses pengembangannya, Aprianto dan tim Kukerja menghadapi beberapa hambatan, terutama yang disebabkan oleh pandemi. Misalnya, berbagai aktivitas seperti rencana job fair, sosialisasi, hingga pembukaan booth yang sudah direncanakan terpaksa tertunda. Namun, justru tim Kukerja memanfaatkan momen tersebut untuk melakukan mapping pasar, uji coba, dan fokus pengembangan produk digital, kemudian mengukuhkan strategi akuisisi pengguna demi mencapai Product-Market Fit (PMF).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Kahfi
Terkini
'