Konten Premium

Bursa Karbon dan Peluangnya Biayai Ongkos Transisi Energi

Bisnis.com,28 Sep 2022, 07:25 WIB
Penulis: Dewi Soemanegara & Dionisio Damara
Uap mengepul dari menara pendingin di pembangkit listrik tenaga batu bara Loy Yang A dan Loy Yang B, yang dioperasikan oleh AGL Energy Ltd. di pinggiran Traralgon, Australia, Kamis, (25/7/2013). Bloomberg - Carla Gottgens

Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia membutuhkan ongkos tak kurang dari Rp3.779,63 triliun untuk membiayai penanganan perubahan iklim dan transisi energi sampai 2030. Seberapa besar potensi bursa karbon atau perdagangan karbon menjadi tulang punggung pembiayaannya?

Pemerintah menetapkan untuk memenuhi target pengurangan emisi gas rumah kaca yang tertuang dalam Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional atau Nationally Determined Contribution (NDC) mencapai 29 persen dengan upaya sendiri hingga 2030. Adapun, dengan dukungan internasional pemangkasan emisi ditargetkan mencapai 41 persen.

Direktur Mobilisasi Sumberdaya Sektoral dan Regional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Ignatius Wahyu Marjaka menjelaskan, komitmen Indonesia dituangkan dalam agenda masing-masing sektor yang memiliki konsekuensi pembiayaan besar.

"Kami sudah memiliki momentum yang baik untuk membahas harga karbon, ini bukan langkah yang mudah. Kami membutuhkan dukungan dari banyak pemangku kepentingan di Indonesia," paparnya dalam acara International Seminar on Carbon Trade 2022, Selasa (27/9/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

  Konten Premium

Anda sedang membaca Konten Premium

Silakan daftar GRATIS atau LOGIN untuk melanjutkan membaca artikel ini.

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Reni Lestari
Terkini