Rupiah Lanjutkan Tren Pelemahan, Indonesia Masih Aman dari Resesi Global?

Bisnis.com,29 Sep 2022, 03:26 WIB
Penulis: Maria Elena
Rupiah Lanjutkan Tren Pelemahan, Indonesia Masih Aman dari Resesi Global?Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terus melanjutkan tren pelemahan hingga mencapai level Rp15.266 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (28/9/2022).

Nilai tukar rupiah tersebut melemah sebesar 0,94 persen atau 142,5 poin, seiring dengan pelemahan sebagian besar mata uang negara di kawasan Asia.

Mata uang won Korea tercatat melemah lebih dalam sebesar 1,27 persen, sementara yuan China melemah 0,90 persen, dan ringgit Malaysia melemah 0,34 persen terhadap dolar AS.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa gejolak yang terjadi di pasar keuangan global saat ini cenderung tinggi disebabkan oleh kebijakan moneter negara maju yang agresif, terutama AS.

Pada pertemuan FOMC September 2022, the Fed kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin. Diperkirakan, kenaikan suku bunga ini akan terus berlanjut hingga 125 basis poin sampai dengan akhir 2022.

Langkah dan pernyataan the Fed yang masih hawkish mendorong penguatan dolar, sehingga memicu terjadinya capital outflow di negara emerging market, termasuk Indonesia.

Indeks dolar AS mengalami tren peningkatan dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih mengalami depresiasi.

"Volatilitas ini telah memicu outflow terutama pada bond holder. Seluruh negara emerging mengalami capital outflow. Capital outflow mengalami kenaikan yang sangat ekstrem, indonesia juga mengalaminya," katanya, Senin (26/9/2022).

Namun demikian, Sri Mulyani mengatakan kinerja pasar SBN di dalam negeri masih terjaga. Hal ini dipengaruhi oleh penurunan porsi kepemilikan asing terhadap SBN.

"Kepemilikan asing terhadap SBN skrg hanya 14,7 persen, ini menurun tajam dibandingkan 2019 yang mencapai 38,57 persen. Di satu sisi, ini menimbulkan stabilitas, tidak kemudian mudah terguncang," jelasnya.

Dari sisi eksternal, Sri Mulyani mengatakan bahwa perekonomian Indonesia masih cukup solid, terutama ditopang oleh neraca perdagangan yang telah membukukan surplus selama 28 bulan beruntun.

Surplus neraca perdagangan pada Agustus 2022 tercatat mencapai US$5,76 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Secara kumulatif atau sejak Januari hingga Agustus 2022, surplus neraca perdagangan telah mencapai US$34,92 miliar.

Surplus tersebut didukung oleh kinerja ekspor yang pada Agustus 2022 tercatat mencapai US$27,9 miliar, meningkat 30,15 persen secara tahunan. 

Lebih lanjut, Sri Mulyani memperkirakan perekonomian  masih akan tumbuh lebih baik pada tahun ini sejalan dengan sejumlah lembaga internasional yang memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh pada kisaran 5,1 hingga 5,4 persen tahun ini.

Pertumbuhan ekonomi terutama akan didorong oleh konsumsi rumah tangga yang diperkirakan akan relatif stabil, serta dorongan kinerja ekspor yang kuat, pada sisa tahun ini.

Pada tahun ini, tingkat inflasi diperkirakan meningkat  tinggi, terutama disebabkan oleh penyesuaian harga BBM dan inflasi pangan. Inflasi ditargetkan turun ke level 3,6 persen pada tahun depan.

Pada 2023 pun, perekonomian diperkirakan tetap tumbuh positif dan kuat sebesar 5,3 persen di tengah kondisi ketidakpastian global yang masih tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianus Doni Tolok
Terkini