Rupiah Melemah, Sri Mulyani: Lebih Baik dibandingkan Negara Lain

Bisnis.com,29 Sep 2022, 16:44 WIB
Penulis: Maria Elena
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan paparan saat acara UOB Annual Economic Outlook 2023 di Jakarta, Kamis (29/9/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa nilai tukar rupiah hingga saat ini mencatatkan depresiasi sebesar 6,2 persen secara tahun berjalan (year-to-date/ytd).

Pelemahan nilai tukar rupiah disebabkan oleh penguatan dolar AS akibat langkah pengetatan kebijakan moneter The Fed yang agresif.

Meski nilai tukar rupiah melemah hingga menembus level Rp15.200 per dolar AS, Sri Mulyani mengatakan tingkat depresiasi rupiah masih jauh lebih rendah dibandingkan depresiasi mata uang negara lainnya.

Mata uang beberapa negara mengalami penurunan yang signifikan, misalnya yen Jepang yang terkoreksi sebesar 25,8 persen terhadap dolar AS. 

Selain itu, nilai tukar yuan China juga mencatatkan depresiasi yang dalam, sebesar 12,9 persen terhadap dolar AS, serta lira Turki yang mencatatkan depresiasi sebesar 38,6 persen.

“Negara tetangga kita, seperti ringgit Malaysia terdepresiasi 10,7 persen, baht thailand 14,1 persen, sedangkan peso Filipina juga terdepresiasi 15,7 persen,” katanya dalam Rapat Paripurna DPR RI, Kamis (29/9/2022).

Oleh karena itu, Sri Mulyani menilai tingkat depresiasi rupiah masih terjaga.

“Nilai tukar rupiah mencatatkan depresiasi 6,2 persen, jauh lebih rendah dari berbagai mata uang negara tersebut,” kata dia.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menyampaikan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini telah diperkirakan pasar, terutama disebabkan oleh penguatan dolar AS.

Hal ini terjadi seiring dengan kenaikan suku bunga acuan The Fed yang masih tinggi dan diperkirakan masih meningkat lebih tinggi ke depan.

Piter mengatakan secara fundamental, perekonomian Indonesia saat ini masih cukup baik, sehingga stabilitas masih mampu dijaga.

Kondisi eksternal Indonesia kata dia masih cukup kuat, utamanya ditopang oleh neraca perdagangan yang mencatatkan surplus besar hingga Agustus 2022.

Current account walaupun defisit tetapi membaik dibantu oleh surplus perdagangan. Pelemahan rupiah saat ini lebih dikarenakan penguatan dolar AS,” katanya kepada Bisnis, Kamis (29/9/2022).

Piter memperkirakan pelemahan rupiah saat ini lebih bersifat temporer. BI pun menurutnya akan melakukan intervensi untuk menjaga rupiah tetap stabil, salah satunya melalui instrumen suku bunga kebijakan.

“BI tidak akan diam saja. BI bisa menaikkan suku bunga kembali guna menjaga rupiah, tapi saya kira BI akan melihat perkembangan sampai bulan depan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini